Rangkuman Komunikasi Terakhir Pilot AirAsia sebelum Hilang

Rangkuman Komunikasi Terakhir Pilot AirAsia sebelum Hilang

- detikNews
Rabu, 31 Des 2014 12:38 WIB
(Foto: dok detikcom)
Jakarta - Penyebab AirAsia QZ8501 menghilang masih misterius. Bak keping-keping puzzle, informasi terakhir komunikasi pilot AirAsia dengan ATC Jakarta perlahan terkuak.

Informasi percakapan pilot dan ATC Jakarta ini dirangkum dari Plt Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo, Direktur Safety dan Standard AirNav Indonesia Wisnu Darjono dan Dirut AirNav Indonesia Bambang Tjahjono.

Minggu 28/12/2014

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pukul 06.12 WIB

Pilot AirAsia mengontak ATC Jakarta meminta menyimpang dan naik ketinggian. Menurut Direktur Safety and Standard AirNav Indonesia Wisnu Darjono, pilot AirAsialah yang meminta menyimpang ke kiri sejauh 7 mil dan naik ketinggian ke 38 ribu kaki.

Dirut AirNav Bambang Tjahjono mengatakan pilot mengatakan alasan meminta menyimpang, namun tak mengatakan alasan untuk naik ketinggian.

"Bilang, komunikasi. Alasannya karena cuaca," kata Bambang saat ditanya apakah pilot menyebutkan alasan untuk menyimpang ke kiri pada Selasa (30/12/2014).

Soal cuaca ini, menurut Wisnu, pesawat lain yang terbang di sekitar AirAsia tak melaporkan indikasi cuaca buruk. "Ada 7 pesawat lain yang terbang pada jalur yang sama, tapi tidak melaporkan ada awan itu," kata Direktur Safety dan Standard Airnav Indonesia Wisnu Darjono kepada wartawan di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Senin (29/12/2014).

Menyimpang ke kiri juga adalah permintaan pilot karena pilotlah yang tahu kondisi lokasi terbangnya saat itu. "Yah, karena yang tahu di situ kan penerbangnya. Tapi, kan pihak ATC-nya kan hanya memberikan saran agar di rute itu tidak bentrok dengan pesawat lain," imbuh Bambang.

ATC menurut Wisnu dan Bambang, mengizinkan AirAsia menyimpang ke kiri sejauh 7 mil.

Untuk naik ketinggian, menurut Bambang, pilot AirAsia tak mengatakan alasan untuk naik ketinggian.

"Enggak, dia enggak ngomong atau nyebut alasannya. Dia minta ketinggiannya saja," kata Bambang.

ATC kemudian meminta pilot AirAsia untuk mempertahankan ketinggian di 32 ribu kaki. Respons pilot AirAsia?

"Roger, AirAsia QZ8501," demikian respons pilot AirAsia seperti disampaikan Wisnu kepada wartawan, Selasa (30/12/2014), pertanda konfirmasi arahan ATC.

Pukul 06.12 WIB-06.14 WIB

Sejak respons terakhir dari pilot AirAsia, saat itu ATC melihat 7 pesawat melintas di sekitar AirAsia. ATC mengukur jarak aman dulu sebelum memutuskan memberikan izin AirAsia naik ketinggian.

"Selama 2 menit dari permintaan QZ8501, kita (ATC) mengukur jarak aman terlebih dahulu baru mengizinkan naik ketinggian," imbuh Wisnu.

Wisnu menjelaskan jarak aman untuk naik ketinggian yakni berjarak 10 mil dari pesawat lain. Serta, pada saat yang bersamaan, ada 3 pesawat lain yang terbang sejalur dengan Air Asia QZ8501 di jalur M-635 yakni Emirates 406, Air Asia 502, Air Asia 550.

"Berdasarkan radar yang kita miliki, rata-rata jarak aman kurang lebih 10 mil dengan pesawat lain, jarak aman supaya tidak menyenggol pesawat yang lain," terangnya.

"Terus setiap hari di jalur M635 ada sekitar 140 sampai 160 pesawat yang terbang," sambung Wisnu.

Sementara Bambang mengatakan ada pesawat lain persis di atas pesawat AirAsia, yakni pesawat Garuda Indonesia.

"Ditanya kan dia minta ingin naik level yang lebih tinggi. Terus kan ditanya sama ATC-nya kan di level berapa, terus di level 38 ribu, tapi 35 ribu ada pesawat Garuda, dia diminta untuk standby di 34 ribu," kata Bambang.

Sedangkan Plt Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Djoko Murjatmodjo mengatakan ATC Jakarta perlu berkoordinasi dengan ATC Singapura karena permintaan menyimpang dan naik ketinggian itu dilakukan di wilayah perbatasan operasional ATC Jakarta dan ATC Singapura.

"5 Minutes near boundary operation (dekat wilayah perbatasan operasi ATC Jakarta dan ATC Singapura-red). ATC itu tidak diizinkan untuk menaikkan atau menurunkan pesawat yang masih beroperasi di near boundary operation. Perlu juga izin dari ATC Singapura supaya bisa naik ke FL (Flight Level) 380 (38 ribu kaki) itu," jelas Djoko usai konferensi pers di Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2014).

"Jadi, pilot diminta standby di level eksisting sambil tunggu koordinasi dengan ATS di sekitarnya. Ya, karena ATC perlu waktu untuk scanning terhadap pesawat di sekitar QZ8501," imbuhnya.

Pukul 06.14 WIB

ATC mengontak pesawat AirAsia untuk mengizinkan naik ketinggian di 34 ribu kaki dari 32 ribu kaki. Namun, AirAsia tidak merespons.

Menurut Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo, setelah menunggu proses scanning itu, ATC mengontak AirAsia namun tak ada respons. "Delapan kali dikontak tapi enggak ada jawaban juga," katanya.

Pukul 06.17 WIB

AirAsia hanya tampak sinyal ADS-B saja

(sistem radar ADS-B atau Automatic Dependent Surveillance-Broadcast atau teknologi surveillance adalah alat yang mampu menggantikan radar pada industri transportasi udara. ADS-B merupakan perubahan besar dalam filosofi surveillance, dari hanya menggunakan radar di darat mendeteksi pesawat terbang dan menentukan posisi mereka-red)

Pukul 06.18 WIB

AirAsia sama sekali hilang dari radar.

Pukul 07.08 WIB

ATC menyatakan INCERFA (menurut situs basarnas.go.id, INCERFA atau Uncertainty Phase, adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai keselamatan jiwa seorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam menghadapi kesulitan. Tahap awal darurat dalam sistem transportasi-dari situs basarnas.go.id).

Pukul 07.28 WIB

Tindakan yang dilakukan ATC sesuai prosedur maka ATC menyatakan tahap awal pesawat hilang kontak pukul 07.28 WIB. Dinyatakan ALERFA, tahap lanjutan pesawat hilang kontak. ALERFA atau Alert Phase adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan (distress).

Pukul 07.55 WIB

Pernyataan DESTRESFA atau Distress Phase adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi musibah bias ditunjukkan tingkat keadaan darurat dan dapat langsung pada tingkat DETRESFA yang banyak terjadi.

Pada tahap INCERFA dan seterusnya Basarnas telah terinformasikan.

(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads