"Sebelum pilot berangkat, sudah dibekali flight document saat pilot mau take off, sehingga dapat menjadi safe plan. Di dalamnya juga ada prakiraan cuaca di jalur yang akan dilewati oleh pilot," ujar Kepala BMKG, Andi Eka Sakya dalam konferensi pers di Gedung BMKG, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (29/12/2014).
Andi menambahkan peta cuaca yang diberikan pada pilot itu seperti kondisi awan dan pertumbuhan awan dari tempat berangkat hingga ke tempat tujuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pada saat AirAsia QZ8501 akan terbang pada tanggal 28 Desember, citra satelit pada waktu itu menunjukkan warna kuning.
"Pada saat itu hujan rintik, namun memang saat itu ada awan cumulonimbus dan hal tersebut wajar, karena dalam 30 tahun terakhir puncak hujan di kawasan Kalimantan dan Belitung di bulan Desember hingga Januari. Apabila awan cumulonimbus ada di sana, di mana hal tersebut wajar," jelasnya.
Awan cumulonimbus memang merupakan jenis awan yang harus dihindari oleh setiap pilot pesawat terbang. Tak ada yang tahu apa yang ada di dalam awan berjenis tebal tersebut.
"Kemungkinan hilangnya pesawat di dalam awan kita tidak bisa memperkirakan dulu, namun di dalam awan tersebut tak hanya petir yang dapat mengganggu penerbangan, ada tekanan udara dan lain sebagainya juga. Biasanya mereka (pilot) paham kalau itu cumulonimbus, jelas dihindari," papar Andi.
(rni/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini