Wasekjen: 30 November Itu Harusnya Munaslub, Bukan Munas

Golkar Pecah

Wasekjen: 30 November Itu Harusnya Munaslub, Bukan Munas

- detikNews
Kamis, 27 Nov 2014 15:58 WIB
Jakarta - Munas Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie (Ical) akan dihelat dalam hitungan hari. Bagai dipaksa, Wasekjen Golkar Ace Hasan Syadzili menganggap Munas 30 November itu sebagai akal-akalan Ical untuk kembali menguasai Golkar.

"Jangan membuat Munas seperti akal-akalan. Kalau atas permintaan daerah, harusnya Munaslub dong," ujar Ace.

Pernyataan itu disampaikan dalam diskusi 'Ketika Golkar Kalah dan Ricuh di Era Ical: Apa Selanjutnya?' di Kedai Kopi Deli, Jl Sunda No 7, Jakarta Pusat, Kamis (27/11/2014). Hadir pula dalam acara ini antara lain Sebastian Salang (Formappi), Andi Ucok Sinulingga (Ketua Poros Muda Partai Golkar) dan Ray Rangkuti (Direktur Lima Indonesia).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau Munaslub harusnya Ketum tidak boleh maju lagi karena itu melanggar AD/ART. Intinya, kami menganggap munas 30 November munas akal-akalan karena tidak sesuai dengan konstitusi partai," lanjutnya.

Dia juga menganggap kepemimpinan Ical selama 5 tahun ini telah gagal. Terbukti dari ketidakmampuannya menengahi atau menangani aksi kericuhan yang sempat mewarnai Rapimnas di Kantor DPP Golkar.

Ace menilai ada upaya Ical untuk menciptakan voting block karena hanya mengikutsertakan DPD Tingkat I dan seolah melupakan Tingkat II yang juga memiliki hak suara sama. Pria yang juga menjadi Ketua Poros Muda Golkar tersebut menyebut andai saja proses munas nanti dilakukan secara terbuka dan demokratis, maka bisa dipastikan Ical akan kalah.

"Kami punya keyakinan kalau Munas dilakukan secara demokratis, belum tentu Pak Ical terpilih lagi karena kami sudah keliling daerah. Kebijakan Golkar sangat sentralis, kebijakan daerah sepenuhnya oleh pusat," jelas Ace.

"Pemilik suara DPD tingkat I dan II sama. Ini ada upaya melakukan voting block. Artinya, otoritas mau diberikan ke DPD tingkat I sementara DPD tingkat II ditiadakan. Munas 30 November adalah Munas akal-akalan menurut saya, pasti tidak akan demokratis," pungkasnya.

(aws/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads