Dia pun bisa beristirahat atau menyempatkan pulang ke kampung tempat tinggalnya di Dusun Jaban, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Kepulangan ke rumahnya itu juga disambut istimewa oleh warga dengan digelar acara senam bareng dan beramah tamah dengan warga setempat.
"Kalau presiden ke luar negeri biasanya Mensesneg itu ikut. Tapi saya kemudian berbicara kepada presiden, apa bedanya dengan presiden yang terdahulu kalau saya ikut," kata Pratikno saat memberikan pidato sambutan sebelum acara senam di Lapangan SDN Dayuharjo, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Minggu (9/11/2014) pukul 07.00 WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan begitu saya bisa pulang. Itu cara saya sehingga bisa ketemu warga Jaban," ungkapnya.
Pratikno kemudian bercerita menjadi Mensesneg itu ada banyak kegiatan yang harus dilakukan terutama mendampingi presiden. Menurutnya setiap saat dirinya bertemu dengan presiden untuk membicarakan berbagai masalah.
"Pagi hari saat sarapan ketemu. Siang sekitar jam 09.00 WIB atau malam hari sebelum pulang juga ketemu, diskusi dan lain-lain dengan presiden. Ketemunya sehari bisa tiga kali seperti minum obat dalam menjalankan tugas tersebut," katanya.
Selama di Jakarta lanjut dia, seperti anak kos. Sebab di Jakarta tidak mempunyai rumah. Istri dan anak-anaknya tetap tinggal di Kampung Jaban, Sleman.
"Anak ada di sini, istri juga mayoritas di sini. Jadi seperti anak kos," ungkapnya.
Dia kemudian bercerita mengenai ibunya yang tinggal di Bojonegoro Jawa Timur. Ibunya sempat mengatakan anaknya menjadi menteri kok tidak ada acara syukuran. Bahkan adik perempuannya juga tetap beraktivitas seperti biasa di sawah untuk bertani.
"Saya kemudian bilang kepada ibu, jangan syukuran tapi cukup doa bersama di mushola atau masjid saja agar diberi kekuatan. Apa yang bisa diberikan dan dilakukan untuk bangsa dan negara," katanya.
Pratikno juga mengaku selama di Yogyakarta atau saat pulang ke rumah agar tidak dilakukan pengawalan atau protokoler. Saat pulang dia juga tidak dikawal dengan vorijder atau mobil pengawal lalu-lintas.
"Kalau di Yogya bisa sehingga bisa kembali seperti biasa. Saya juga diberitahu protokoler kalau di Jakarta bapak tidak bisa. Jakarta macet, kalau ada rapat bisa terlambat datangnya," pungkas dia.
(bgs/kha)