Adalah dua murid sekolah menengah asal Taiwan, Peng Yun Heng dan Xu Kai Jun,โ yang menciptakan sebuah alat yang dapat memudahkan tuna netra untuk mendapatkan tiket bus atau kereta api secara mudah. Alat yang diciptakan oleh kedua siswa ini, terdapat huruf braille dan tombol yang dapat digunakan secara mudah oleh para tunanetra.
"Alat ini dinamakan โThe Bus Stop Machine of Serving Blind People. Tujuan utamanya adalah untuk membantu tuna netra mengantre dan mendapatkan tiket bus dengan mudah dengan menggunakan huruf braille dan tombol sebagai alat utamanya," jelas Zunice, guru pembimbing kedua siswa dari High School of Commerce Industry Department of R&D Center, Taipei, Taiwan, kepada detikcom dalam acara International Exhibition for Young Inventors 2014 di Gedung SMESCO, Jalan Gatot Subroto, Pancoran, Jaksel, Jumat (31/10/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contohnya, ketika saya menyentuh huruf braille-nya, di sana tercantum kode dan tujuan bus mana yang akan dituju. Setelah itu akan keluar suara yang menyatakan bahwa orang ini naik bus nomor sekian ke tujuan sekian," jelasnya.
Alat ini rencananya akan ditempatkan di halte bus dan busnya. Sedangkan di bus-nya, akan dipasang pemancar yang bisa ditangkap sensor oleh alat yang diletakkan di halte. Sehingga ketika bus datang, maka mesin yang diletakkan di halte akan berbunyi.
Di dalam bus, tunanetra juga bisa menggunakan alat ini sehingga ketika para tunanetra akan turun di suatu tempat, maka โalat itu akan berbunyi, sehingga penyandang tuna netra dapat turun dari bus tanpa harus khawatir tersasar.
โ"Material yang digunakan untuk membuat alat ini tak sulit untuk dicari. Namun apabila ingin memasangnya secara permanen di setiap halte bus, maka harus menggunakan material yang cukup kuat," ungkap Pi Pai Chang, seorang guru pembimbing dari para penemu muda ini.
Zunice dan โChang mengaku ingin penemuan karya siswanya ini dapat dipatenkan dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Walaupun begitu, saat ini kesempatan tersebut belum ada.
"Kami ingin, namun saat ini belum ada kesempatan. Mungkin nanti, apabila pemerintah kami atau perusahaan ingin membeli hak patennya, kami ingin memproduksinya untuk orang banyak," sambung Zunice.
"Mungkin nanti per mesin akan kami jual sekitar US$ 100," tutupnya.
(rni/nwk)