Pria berusia 45 tahun ini dikenal sebagai akademisi, ia menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina sejak 2007. Selain di kampus, perhatiannya terhadap dunia pendidikan diwujudkan lewat Gerakan Indonesia Mengajar yang merekrut dan mengirim anak-anak muda untuk menjadi pengajar di daerah terpencil. Gerakan sejak 2009 ini pun meluas, yang membuat nama Anies cukup dekat di kalangan anak muda.
Bertahun-tahun menggeluti dunia sosial, Anies lalu masuk ke politik lewat Konvensi Capres Partai Demokrat. Mengikuti berbagai rangkaian debat hingga membentuk Gerakan Turun Tangan, alumnus UGM ini sempat digadang-gadang sebagai kuda hitam di antara persaingan Jokowi vs Prabowo. Ketika ia tak berhasil menjadi capres lewat PD, Anies lalu memilih jalur lain dengan mendukung pesaingnya: Joko Widodo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski bergabung ke tim Jokowi di masa-masa terakhir, peran Anies ternyata terus diperhitungkan. Usai menyelesaikan tugas sebagai Jubir, pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Komite Etik KPK ini kembali mendapatkan kepercayaan. Ia menjadi salah satu Deputi Kantor Transisi yang bertugas mempersiapkan peralihan pemerintahan.
Di Kantor Transisi, Anies memegang bidang kesejahteraan rakyat. Ia yang mengkaji program andalan Jokowi-JK nantinya yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Keaktifan Anies di dunia pendidikan membuatnya sering disebut-sebut sebagai calon kuat Menteri Pendidikan Kebudayaan. Namun, Tim Seleksi Menteri detikcom juga mengusulkan nama Anies untuk posisi Menpora dan Sekretaris Kabinet. Anies adalah 1 dari 72 nama yang diloloskan Tim Pakar Seleksi Menteri lewat perdebatan yang alot.
Akankah Anies akan terus mendampingi Jokowi hingga kabinet?
Suarakan pendapat Anda dengan mengikuti polling seleksimenteri.com dan bergabung dalam diskusi terbuka Seleksi Menteri pada Selasa, 30 September 2014 dengan mendaftar di sini.
(imk/erd)