Pernyataan ini bagian dari pidato pembuka SBY di depan ribuan kadet (taruna) Akademi Militer Serikat (United States of Military Academy) yang berkumpul di Robinson Auditorium di West Point, New York, Senin (22/9/2014) pukul 13.00 waktu setempat. Sebelum berpidato, Komandan West Point Letjen Robert L Caslen Jr, menjelaskan riwayat hidup Presiden SBY.
SBY mengaku senang berada di West Point, yang merupakan salah satu akademi militer terbaik di dunia. "Saya merasa terhormat atas kesempatan untuk berbicara di depan Anda semua, para kadet, yang saya percaya akan menjadi pemimpin masa depan dan komandan Angkatan Darat Amerika Serikat. Saya juga percaya bahwa banyak dari Anda tidak hanya akan dikenang sebagai patriot sejati bangsa Anda, tetapi juga pemimpin masa depan dari negara besar ini," kata SBY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingat pidato besar tentara terkemuka seperti Jenderal Douglas McArthur dan baru-baru ini oleh Presiden Obama. Aula ini juga telah melahirkan pemimpin militer AS yang tak terhitung jumlahnya dan tanpa diragukan lagi, banyak lagi yang akan datang. Izinkan saya sedikit menjelaskan tentang negara saya Indonesia, meskipun saya menduga banyak dari Anda telah meng-google tentang negara saya tadi malam atas perintah instruktur Anda," jelas SBY yang disambut tepuk tangan oleh sekitar 3.000 kadet yang hadir di aula yang besar ini.
Presiden SBY menjelaskan Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dengan sekitar 250 juta penduduk. Indonesia juga memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Indonesia juga negara demokrasi terbesar ketiga di dunia - setelah India dan Amerika Serikat. "Sekedar ilustrasi, Juli lalu lebih dari 130 juta orang memberikan suara mereka dalam pemilihan presiden," kata SBY. Sebagai negara demokrasi yang hidup, lanjut SBY, Indonesia juga menikmati kebebasan pers dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan nilai-nilai demokrasi. Indonesia juga merupakan negara berkembang dan anggota G-20, seperti Amerika Serikat.
"Sebelum saya melanjutkan pidato saya, baru kemarin saya berbicara dengan empat taruna senior dari akademi militer Indonesia. Mereka meminta saya untuk menyampaikan salam dan pesan-pesan mereka. Saya yakin seorang panglima militer tidak akan pernah menjadi utusan untuk sang kadet, tapi saya membuat pengecualian kali ini," kata SBY yang disambut tawa para kadet.
"Dan pesan mereka, ini saya kutip, "Salam untuk semua rekan taruna dan instruktur di West Point. Kami sangat ingin membangun persahabatan dengan taruna dari negara lain, termasuk dari pusat keunggulan militer ini. Kami juga memiliki keinginan yang kuat untuk membangun hubungan yang harmonis antara peradaban dan agama, sehingga dunia ini kita semua berbagi bersama akan lebih aman dan damai." Akhir kutipan," sambung SBY.
SBY menjelaskan pesan-pesan itu datang dari kadet-kadet berlatar belakang agama yang berbeda. Mereka adalah Taruna Sersan Mayor Angger Panduyuda dan Kodrat Adiaji yang muslim, Taruna Robert Willem, seorang Kristen, Taruna Protasius Widianto, seorang Katolik dan taruna I Gede Bagus, seorang Hindu. "Dan seperti Anda, taruna ini mencintai negara mereka," kata SBY.
Selanjutnya SBY menceritakan dirinya saat bergabung dengan Akademi Militer di Indonesia 40 tahun lalu. "Sama seperti Anda, saya memiliki mimpi dan tujuan untuk menjadi patriot dan pejuang, seorang perwira profesional yang sukses, seorang pemimpin militer yang besar, dan membantu membentuk militer Indonesia modern yang berhasil akan mencapai misi apapun," tegas SBY.
Sejalan dengan moto West Point: "Duty, Honor, Country", lanjut SBY, dirinya menghabiskan bertahun-tahun di dinas militer dengan tekad yang kuat. "Saya juga mempersiapkan diri untuk berkorban untuk negara saya dan untuk mewujudkan cita-cita saya. Selama dinas aktif, saya melakukan berbagai tugas militer, termasuk operasi militer selain perang. Saya ditugaskan dalam misi penjaga perdamaian di bekas Yugoslavia, termasuk Bosnia dan Herzegovina. Dan saya menyelesaikan semua tugas ini dengan ke-sukacita-an dan sekaligus kecemasan, keberhasilan dan juga kekecewaan," terang SBY.
SBY juga mengaku memiliki nasib baik mengalami tugas tempur serta pendidikan dan pelatihan, termasuk di Angkatan Darat AS seperti Airborne dan Ranger School di Fort Benning, AS, Jungle Warfare School di Fort Sherman di Panama, Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth. Semua ini membantu saya untuk menjadi perwira profesional yang lebih baik," aku SBY.
Di Angkatan Darat Amerika Serikat, dan dalam militer lainnya, seorang prajurit hidup dan mati oleh sebuah kode, hidup dengan seperangkat nilai-nilai, pola pikir dan budaya yang unik untuk militer. Prajurit juga dilatih untuk memiliki jiwa "bisa melakukan", memiliki filososif harus berhasil dalam melakukan misi, sikap pantang menyerah, kepemimpinan yang kuat dan manajemen militer yang efektif. Prajurit juga terikat oleh tradisi militer yang menitikberatkan pada kekompakan dan Esprit de Corps yang kuat.
"Anda mungkin bertanya-tanya mengapa saya mengatakan semua ini meskipun fakta bahwa saya datang dari negara yang sangat jauh berbeda dari Anda. Hal ini karena saya yakin bahwa inilah yang mengubah dan membentuk kehidupan saya, dan saya percaya ini juga bisa mengubah Anda di masa depan. Sebuah perubahan positif yang telah membantu saya membangun kemampuan dan kapasitas untuk memenuhi tugas negara saya sebagai Presiden Republik Indonesia dan pada saat yang sama sebagai Panglima," kata dia.
"Saya yakin bahwa Anda sering mendengar teori bahwa pendidikan di West Point akan menjadi aset yang sangat berharga bagi masa depan karir Anda - baik di militer atau dalam profesi dan karir lain. Ini mungkin termasuk memasuki dunia politik, dunia bisnis dan pemerintah," kata SBY.
Lantas SBY menyebut beberapa tokoh besar yang lahir dari West Point, seperti Jenderal George S. Patton, Jenderal Dwight Eisenhower, dan Jenderal Douglas McArthur, yang sangat terkenal dalam Perang Dunia II. SBY juga menyebut tokoh lain, seperti John Francis Reed dan John Mondy Shimkus, Bob McDonald dan Keith McLoughlin, William Surles McArthur, Richard Michael Mullain yang menjadi astronot AS, dan John Mearsheimer.
"Untuk itu, taruna, Anda harus berterima kasih kepada West Point, komandan dan instruktur yang telah bekerja keras untuk mendidik dan melatih Anda dengan keterampilan kepemimpinan dan juga keterampilan hidup yang akan membuat yang terbaik yang Anda bisa dalam keadaan apapun," pinta SBY.
(asy/mpr)