Detikcom berkesempatan mendaki 'Great Wall' pada Rabu (11/9/2014) lalu. Berangkat dari pusat kota Beijing, tiba sekitar 1 jam kemudian di Great Wall yaitu masuk dari pintu Ba da ling. Dari sini disediakan bus untuk tiba sekitar 15 menit kemudian di pintu tiket.
Harga tiket yang ditawarkan ¥45 atau sekitar Rp 90.000. Dengan harga segitu, kita diajak menaiki kereta gantung terlebih dulu sekitar 15 menit hingga sampai di jalur pendakian pertama tembok besar Tiongkok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak mudah memang menyusuri jalur 'Great Wall', selain naik turun, juga karena tak semuanya memiliki anak tangga sehingga terasa mudah letih saat mendaki. Tapi baru sekitar 500 meter mendaki, ada pemandangan yang mengganggu mata.
Jika dicermati pada dinding-dinding yang kokoh itu, sesekali kita bisa melihat ada karya tangan-tangan jahil. Ya, ada coretan-coretan yang ditulis dengan berbeda bahasa dan warna tulisan. Sebagian besar mungkin merujuk pada nama seseorang.
Seperti, 'A5-JK/12 Person/MYANMAR', yang ditulis dengan tinta putih. Ada juga tulisan mandarin yang dilingkari dengan simbol cinta ditulis dengan tinta hitam. Ada 'GHT CBJ', juga dengan tinta hitam.
Paling banyak adalah tulisan mandarin, bahkan coretan itu diabadikan di 'Great Wall' dengan menggores atau semacam mengukir karena kokohnya dinding 'Great Wall'. Tulisan lainnya seperti membentuk nama 'ADNAN' dengan tinta merah, sebelahnya terpampang 'Sobia' dengan tinta hitam.
Padahal, ada banyak pengumuman terpajang di beberapa titik pendakian yang ditulis dalam bahasa mandarin dan Inggris: "Please Protect Cultural Relics. No Graffiti".
Semoga saja tidak ada orang Indonesia yang ikut-ikutan menorehkan catatan hitam di Tembok Besar Tiongkok.
(iqb/mpr)