Gagalnya Mudik Pertama Supartini setelah Bekerja 3,5 Tahun di Belanda

Tragedi MH17

Gagalnya Mudik Pertama Supartini setelah Bekerja 3,5 Tahun di Belanda

- detikNews
Jumat, 18 Jul 2014 16:31 WIB
Supartini (Foto: Dok keluarga)
Karanganyar - Supartini, 39 tahun, menjadi salah satu korban meninggal akibat jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina. Supartini sudah 3,5 tahun bekerja di Belanda dan baru lebaran kali ini dia berniat pulang kampung untuk bertemu dengan anak dan seluruh keluarganya.

Rumah keluarga Supartini di Dukuh Sidorejo, Desa Munggur, Mojogedang, Karanganyar, mulai dipersiapkan untuk menerima kerabat dan tamu, seperti umumnya acara berkabung. Kursi dan meja mulai ditata, para tetangga juga mulai berdatangan ke rumah orangtua Supartini tersebut.

Supartini adalah salah satu korban meninggal kecelakaan MH17 di Ukraina. Dia menumpang pesawat tersebut dengan tujuan pulang ke kampung halamannya untuk berlebaran, terutama untuk bertemu dengan anak semata wayangnya, Morika, yang kini sudah berusia 12 tahun. Supartini telah 3,5 tahun bekerja di Belanda semenjak berpisah dengan suaminya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama bekerja di Belanda, baru kali ini dia berniat pulang kampung. Rencananya, dua adiknya yang juga bekerja di Belanda juga akan pulang untuk bersama-sama merayakan lebaran di kampung. Namun kedua adiknya menumpang pesawat lain," ujar Purwanto, sepupu Supartini, Jumat (18/7/2014).

Kontak terakhir keluarga dengan Supartini berlangsung Kamis siang kemarin, beberapa saat sebelum pesawat MH17 yang ditumpanginya tinggal landas dari Amsterdam. Dalam percakapan terakhir dengan keluarga di Karanganyar, anak pertama dari lima bersaudara itu hanya mengatakan bahwa akan segera meninggalkan Belanda dan sampai bertemu di Indonesia.

Rencananya setelah dari Kuala Lumpur, Supartini akan meneruskan perjalanan ke menuju Solo. Andai saja tidak terjadi kecelakaan itu, seharusnya Supartini sudah mendarat di Bandara Adi Soemarmo Solo pada pukul 14.00 WIB hari ini.

Kedua orangtua Supartini, Harto Wiyono dan Sriyatun, masih terlihat sangat terpukul atas kepergian anak sulungnya yang mendadak itu. "Keluarga sangat terpukul. Saat ini kami menunggu kabar dari Pemerintah tentang kepastian nasib dan pemulangan jenazah ke kampung halamannya di Karanganyar ini," lanjut Purwanto.

(mbr/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads