"Ada cerita yang lucu karena waktu saya datang ke situ harusnya janjiannya sama Budiman Sudjatmiko. Tapi waktu itu meleset, akhirnya saya sama teman saya kuliah dari London School of Economics (LSE) juga," kata Fadli mengawali kisah lucunya tersebut, saat berbincang dengan detikcom di Hotel Mercure, Palu, Jumat (27/6/2014). Budiman yang kini politisi PDIP berusia 44 tahun kala itu juga kuliah di London, tepatnya di University of London.
Ternyata berkunjung ke makam Karl Marx di Highgate Cemetery London tidaklah gratis. Fadli harus mengeluarkan uang lumayan untuk kategori berkunjung ke makam.
"Kita datang sore-sore. Ternyata harus bayar 2 Poundsterling ke makam itu. Jadi saya bercanda, Karl Marx ini sebenarnya bukan komunis tapi dia seorang kapitalis karena sampai matinya pun kita harus bayar 2 pound untuk kunjungin makamnya. Itu joke-nya," kata Fadli sembari tertawa kecil.
Di depan makam Marx terdapat makam filsuf liberal Herbert Spencer. "Jadi joke-nya juga jangan-jangan di sinilah ide Mark & Spencer itu," candanya merujuk merek fashion terkenal.
Fadli tak menutup-nutupi ziarah ke makam Karl Marx tersebut. Pria berdarah Minang ini mengaku memang hobi berziarah dan salah satunya ziarah ke makam pemikir 'sosialisme ilmiah' itu.
"Intinya sebenarnya itu kan orang-orang yang membuat sejarah apapun latar belakangnya," argumennya.
Lalu kenapa janjian dengan Budiman Sudjadmiko itu batal? "Waktunya saja yang enggak cukup. Kita kan sering ngopi di Inggris," pungkasnya.
(van/nrl)