Mitos Monyet Menyeberang di Tanjakan Si Emen yang Jadi Penanda Kecelakaan

Mitos Monyet Menyeberang di Tanjakan Si Emen yang Jadi Penanda Kecelakaan

- detikNews
Rabu, 18 Jun 2014 14:53 WIB
Subang - Aneka rupa cerita berkembang dari mulut ke mulut soal tanjakan maut si Emen di Subang, Jabar. Konon nama Emen ini berasal dari nama sopir bus yang menjadi korban kecelakaan bus terbakar.

"Itu cerita dari orangtua, tapi nggak tahu benar atau nggaknya," kata Isep Supriyatna (34) yang membuka bengkel tak jauh dari tanjakan si Emen saat ditemui di lokasi, Rabu (18/6/2014).

Isep membuka bengkel sejak 2009. Dia kerap menjadi orang yang pertama menolong korban kecelakaan mengingat lokasi bengkelnya yang di sisi tanjakan si Emen.

Isep bercerita, soal mitos seputar tanjakan si Emen yang banyak disebut pengemudi kawasan angker itu. "Percaya nggak percaya, kalau ada monyet surili nyeberang dari arah kebun teh, biasanya suka ada kecelakaan," terang Isep.

Entah memang kebetulan atau bukan, Isep juga menuturkan sebelum kecelakaan bus SMA Al Huda yang menewaskan 9 orang itu pada Selasa (17/6) siang harinya ada rombongan monyet yang menyeberang.

"Ya itu mah kebetulan saja, tapi biasanya sih kita anggap pertanda kalau ada monyet nyeberang, jadi siap-siap saja gitu," terang Isep. Dia tak tahu darimana asal monyet-monyet itu dan mengapa juga mereka menyeberang.

Dia juga menuturkan soal kebiasaan sopir yang membunyikan klakson dan melempar rokok kala melintas di Tanjakan Si Emen. Dia tak tahu dari mana kebiasaan itu, walau kata para orangtua itu dilakukan para sopir untuk menghormati sopir Emen yang tewas di jalur itu.

"Ya kadang kalau nggak punya rokok, saya yang ambil. Saya hisap saja," ujar dia terkekeh.

Isep juga bercerita, ada juga kebiasaan lain soal tanjakan si Emen ini. Kadang ada saja warga yang menaruh kopi di dekat jembatan di tanjakan si Emen, dia tak tahu maksudnya apa.

"Ya ada yang suka naruh kopi di situ, nggak tahu buat apa," jelasnya.

Isep juga menjelaskan, keluarga para korban kadang datang ke lokasi tanjakan dan berdoa. Yang paling sering keluarga korban WN Belanda yang beberapa tahun lalu meninggal karena kecelakaan.

"Suka tabur bunga setahun sekali," tegas dia.

(avi/ndr)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads