"Komunikasi Jokowi dalam ilmu komunikasi disebut low context, itu artinya apa adanya, to the poin, dan tidak menggunakan bahasa terlalu tinggi, tetapi sangat gampang dicerna, berbeda dengan pesaing beliau, Pak Prabowo, beliau lebih menggunakan gaya bahasa yang high context, penuh dengan simbol, sistematis, kemudian tidak secara langsung menjawab persoalan atau pertanyaan publik," tutur Pramono di Media Center Jokowi-JK di Jl Cemara, Menteng, Jakarta, Senin (9/6/2014).
Meski bukan komunikasi tingkat tinggi, namun justru komunikasi seperti Jokowi itulah yang bisa dipahami kebanyakan orang. Aktivitas blusukannya juga membantu pria asal Jawa Tengah itu untuk semakin memahami rakyat.
"Beberapa contoh yang ada untuk menjelaskan Jokowi, apa yang dilakukan dengan blusukan, itu dia melihat mendengar dan merasakan apa yang menjadi persoalan masyarakat. Dari sana dia akan menemukan cara, jalan keluar untuk memecahkan persoalan itu," tutur Pramono.
Jokowi tak perlu merubah otentisitas gaya komunikasinya. Karena perubahan seperti itu justru berpotensi membuatnya menjadi kikuk.
"Nah inilah (gaya bicara low context Jokowi) yang nggak boleh dihilangkan dari seorang Jokowi. Sebab kalau ini hilang, dia akan kehilangan sebagian dirinya," tutur Pramono.
(dnu/van)











































