"Anyaman bemban sangat halus. Bahan bakunya hanya tumbuh di sepanjang sungai Kapuas. Kami beri modal awal kepada para pengrajin untuk mengerjakan order dari kami," ujar Ketua Umum Dekranas, Herawati Boediono, ketika ditemui media di sela-sela stand pameran kerajinan di Gedung SMESCO, Jalan Jend. Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (5/6/2014).
Di depan stand pameran kerajinan Provinsi Kalimantan Barat terlihat seorang wanita mengenakan pakaian adat yang sedang duduk diatas tikar sambil menganyam. Wanita ini tak lain ialah Yunita Kanca, pengrajin anyaman bemban yang mendapat bantuan pemberdayaan dari Dekranas.
"Ibu-ibu Dekranas pergi ke kampung saya bulan Mei lalu, mau beli tas dan tikar. Mereka menginap di tempat saya. Saya senang sekali,” tutur Yunita sambil tetap fokus menganyam.
Untuk sampai tahap ini, Yunita mengaku diberi bantuan pendampingan oleh Yayasan Riak Bumi dari Pontianak. Yayasan ini juga membantu dalam pemberian nilai tambah produk, misalnya mengolah anyaman menjadi tas yang modelnya lebih diminati pasar.
“Kami beri pendampingan kelompok ini dari tahun 2004. Kemudian Mei lalu kami sambungkan kelompok ini dengan Dekranas,” ujar Susi, perwakilan dari Yayasan Riak Bumi.
Yunita pun mengaku bahwa ia memperoleh bakat menganyam dari orang tuanya. Sebagian besar penduduk dusunnya juga memiliki bakat yang sama. “Dari kecil diajari orang tua. Sekarang juga masih banyak anak kecil yang mau belajar menganyam,” katanya.
Selembar tikar berukuran sedang umumnya membutuhkan waktu pengerjaan selama satu bulan. Begitu pula dengan sebuah tas berukuran kecil yang memiliki tingkat kerumitan lebih tinggi.
Selain itu, dibutuhkan waktu sekitar 30 jam untuk mencapai Dusun Kenasau dari Pontianak. Dari dusun ke ibukota kecamatan Jongkok naik speedboat selama 2 jam. Lalu dari Jongkok dilanjutkan ke Pontianak naik angkutan darat selama 28 jam.
(mad/mad)