Apa dampak urbanisasi yang begitu pesat itu? "Dari segi ekonomi ini adalah peluang, tapi sekaligus tantangan yang sangat berat bagi sistem dan sumber daya yang sangat diperlukan demi kesejahteaan bersama penduduknya," kata Kepala Penasehat Energy Shell, Wim Thomas.
Hal ini disampaikannya ketika peluncuran laporan terbaru Shell, New Lenses on Future Cities (Lensa Baru pada Kota-Kota Masa Depan), di acara World Cities Summit, Singapura, Selasa (3/6/2014).
Jika tidak ditangani dengan baik, urbanisasi akan memicu penurunan kualitas hidup, degradasi lingkungan makin tinggi, percepatan emisi gas CO2, masalah sosial dan politik. Kehidupan perkotaan ini tentunya akan membuat kebutuhan air, makanan dan energy meningkat.
Hasil peneropongan lewat 'lensa' itu, Shell menyebut ada enam tipe kota di masa depan jika ditinjau dari energy yang dihabiskan dipadu dengan urbanisasinya. Keenamnya yakni, sprawling metropolises, prosperous communities, urban powerhouses, developing mega-hubs, underprivileged crowded, dan Underdeveloped urban centres.
"Konsumsi energy terbanyak ada di dua jenis kota, metropolitan yang sangat luas seperti Rio de Janeiro dan Tokyo, serta kota yang makmur seperti Dubai dan Stockholm. Kota-kota itu kepadatannya relaatif rendah dan pendapatan per kapitanya tinggi, yang biasanya ada di kota di Eropa dan Amerika," kata Thomas.
Dia menjelaskan, kota metropolitan yang sangat luas (Sprawling metropolises) cirinya selalu sibuk, banyak penduduk tapi tak banyak konsumsi energi untuk rumah dan transportasi. Sedangkan kota yang makmur (proseperous communities) cirinya penduduk berpendapatan tinggi, kotanya tak terlalu besar, dan sangat layak huni.
Kota dengan energi besar (urban powerhouse) biasanya sangat padat dengan penduduk berpendapatan tinggi dan banyak memakai energi, contohnya Hong Kong, Singapura, dan New York. Adapun contoh kota berkembang yang berpenyangga (developing mega-hubs) yakni Chongqing di China Barat daya yang berpenduduk hampir 30 juta.
Adapun kota yang tidak terlalu ramai (underprivileged crowded) contohnya Manila dan Bangalore. Terakhir, pusat kota yang belum berkembang (Underdeveloped urban centres) yang paling banyak ditemukan, yang penggunaan energinya masih rendah.
"Kota yang padat, terencana dengam baik, punya infrastruktur dan pelayanan yang terintegrasi secara efektif, akan lebih efisien dalam pemakaian sumber daya. Jadi dengan penanganan yang tepat, kota-kota yang padat juga akan tetap bisa layak huni," kata Thomas.
(ros/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini