Sejak Konflik, 19 Ribu KK Transmigran Asal Jawa Ngungsi dari Aceh
Selasa, 21 Des 2004 14:28 WIB
Banda Aceh - Sejak konflik antara GAM dan pemerintah RI kembali meruncing di awal 1999, banyak transmigran asal Jawa memilih keluar dari Aceh. Dari data yang ada, sedikitnya 19.905 Kepala Keluarga atau sekitar 79.902 jiwa telah mengungsi. Sedangkan yang memilih untuk tetap bertahan berkisar 19.503 Kepala Keluarga yang tersebar di 40-an Unit Penempatan Transmigrasi (UPT).Para transmigran yang ada di Aceh umumnya berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, DKI Jakarta, sebagian dari Sumatera Utara dan juga dari Aceh. "Penempatan transmigrasi pertama sekali di Aceh ini pada tahun 1975. Waktu itu sekitar 300 kepala keluarga di tempatkan di kawasan Cot Girek, Aceh Utara," terang Rusydi, MD, Kasubag Hukum dan Tata Laksana Dinas Mobilitas Penduduk NAD, pada wartawan, Selasa (21/12/2004).Karena situasi konflik, diakui Rusydi para transmigran memilih untuk mengungsi. Sebanyak 4.768 KK atau sekitar 19.128 jiwa mengungsi di sekitar wilayah Aceh yang dianggap masih cukup aman, sedangkan 8.200 KK memilih keluar dari Aceh. "Mereka ada yang di Riau, Sumatera Utara. Sekarang sedang kita rencanakan dan usahakan untuk dapat kembali ke Aceh," kata dia seraya menambahkan sudah banyak juga kepala keluarga yang kembali tapi tidak melapor sehingga tidak terdata.Dalam rencananya, para transmigran yang kembali akan mendapat rehabilitasi rumah jika rumah yang ditinggalkannya sudah rusak. Lahan-lahan yang ditinggalkan juga akan dibuka kembali. Tapi, jika para transmigran tidak ingin kembali ke kawasan semula, maka bisa ditempatkan di wilayah lain, tetapi masih berada di Aceh, seperti di Kabupaten Singkil atau Simeulu."Kita sangat mengharapkan mereka kembali. Dulu itu, ketika masih ada transmigran, sayur mayur yang ada di Banda Aceh ini rata-rata dipasok dari Jantho, Aceh Besar. Jeruk manis dari wilayah Patek yang dihasilkan para warga trans juga sangat terkenal. Apalagi sertifikat tanah itu kan sudah atas nama mereka," ujarnya.Menurut Rusydi, dari pengakuan masyarakat di wilayah Patek, ketika masih ada para transmigran, jeruk-jeruk tersebut besar-besar dan manis-manis. Pemasarannya juga sampai ke Medan dan Jakarta. Tapi sekarang diakui Rusydi, jeruk manis asal Patek itu hanya beredar di wilayah Patek dan Banda Aceh dengan kualitas yang sudah agak menurun."Ini kita sayangkan sekali. Padahal dulu dengan adanya perkebunan jeruk ini, perekonomian masyarakat di sekitar itu juga terbantu. Seperti usaha pengangkutan, karena jeruk-jeruk itu dikirim sampai ke Medan dan Jakarta," kata dia. Kepergian warga transmigran dari berbagai UPT ini mengakibatkan terlantarnya sekitar 38.000 hektar yang telah berproduksi. "Belum lagi kalau kita bicara fasilitas umum. Karena memang dulunya lahan-lahan itu hutan yang dibuka, sekarang setelah ditinggalkan, ya jadi hutan lagi," katanya.Kawasan UPT yang paling banyak ditinggalkan, menurut dia, berada di kawasan Patek dan Teunom di Aceh Barat serta UPT di Aceh Timur. Sementara para transmigran di beberapa wilayah seperti Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Krueng Taduk serta Lamui Gagak di Nagan Raya memilih untuk tetap bertahan. "Mungkin karena situasinya tidak terlalu mengkhawatirkan, mereka juga mengakui, hasil pertanian mereka tidak bisa ditinggalkan karena hasilnya sangat luar biasa. Seperti di Krung Taduk itu, sekitar 100 KK masih bertahan,β terangnya meski tak dipungkiri, situasi saat ini mempengaruhi hasil pertanian lahan mereka. βDulu itu, jengkol dari Krueng Taduk ini terkenal sekali sampai ke Medan. Tapi sekarang agak berkurang," sesalnya.Kembali DibangunMasih menurut Rusydi, pemerintah daerah di beberapa kabupaten/kota saat ini tengah membangun perumahan para transmigran yang rusak di beberapa UPT. Seperti di Geumpang di Kabupaten Pidie, Gayo Lues, Singkil, Alue Penjering sedikitnya, akan direhabilitasi masing-masing 200 unit.Sedangkan di Kabupaten Singkil seperti di UPT 16, Subulussalam dan Lai Balno masing-masing akan dibangun kembali 50 unit, dan 200 unit di Pangkalan Selampi. Di Kabupaten Gayo Lues akan direhabilitasi sekitar 200 unit."Sekarang ini kita sedang merencanakan akan mengembalikan 1.155 KK yang selama ini mengungsi di Riau, Sumatera Utara dan juga yang ada di sekitar wilayah Aceh. Tapi kita belum tahu berapa biaya yang akan kita sediakan untuk mereka," jelasnya lebih lanjut. Rusydi juga berharap, 135 UPT yang ada di 16 Kabupeten/Kota di Aceh ini dapat kembali diisi para transmigran. Para transmigran yang masih bertahan berada di 42 UPT. Masing-masing 7 UPT di Aceh Tengah, 1 UPT di Simeulue, 5 UPT di Gayo Lues, 25 UPT di Singkil, sisanya beberapa UPT di Aceh Selatan dan Nagan Raya. "Untuk itu, kita akan bekerja sama dengan dinas-dinas terkait," demikian Rusydi.
(asy/)