5 Sajak Satire Waketum Gerindra untuk Jokowi dan PDIP

5 Sajak Satire Waketum Gerindra untuk Jokowi dan PDIP

- detikNews
Kamis, 03 Apr 2014 12:44 WIB
5 Sajak Satire Waketum Gerindra untuk Jokowi dan PDIP
Fadli Zon
Jakarta - Waketum Gerindra Fadli Zon memiliki gaya khas untuk berkampanye di Pemilu 2014, yaitu melalui puisi. Setidaknya sudah ada 5 sajak satire yang dilempar Fadli Zon, yang semuanya ditujukan untuk PDIP beserta capresnya, Joko Widodo.

Pertama kali Fadli melempar puisi satire berjudul 'Air Mata Buaya'. Puisi ini dilempar Fadli ke publik pada 26 Maret 2014. Isinya, menurut Fadli, untuk menyindir siapa pun yang merasa tersindir.

Ternyata setelah puisi pertama itu, Fadli terus melempar puisi-puisi berikutnya. Temanya tak berbeda, namun menggunakan karakter yang beragam. Terakhir Fadli menggunakan boneka sebagai karakter utama dalam puisinya.

Berikut 5 sajak satire Fadli Zon:


Bagi Anda yang juga memiliki puisi politik terkait Pemilu 2014, silakan kirim ke redaksi@detik.com. Diharapkan puisi yang dikirim tidak menyerang pihak tertentu. Puisi politik terpilih akan kami tampilkan sebagai berita di detikPemilu. Jangan lupa cantumkan nomor telepon Anda untuk dihubungi.


Fadli Zon

1. Air Mata Buaya

Puisi Fadli Zon ini berisi sindiran kepada sosok yang mengaku jujur namun berdusta. Juga sosok yang menampilkan kesederhanaan namun hobi shopping ke luar negari. Fadli juga menyindir soal sosok yang mengaku nasionalis namun menjual aset negara.

Berikut puisi lengkap Fadli Zon berjudul 'Air Mata Buaya' pada 26 Maret 2014:

Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya

1. Air Mata Buaya

Puisi Fadli Zon ini berisi sindiran kepada sosok yang mengaku jujur namun berdusta. Juga sosok yang menampilkan kesederhanaan namun hobi shopping ke luar negari. Fadli juga menyindir soal sosok yang mengaku nasionalis namun menjual aset negara.

Berikut puisi lengkap Fadli Zon berjudul 'Air Mata Buaya' pada 26 Maret 2014:

Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya

2. Sajak Seekor Ikan

Sajak yang bercerita tentang ikan berwarna merah dan kerempeng itu diterima detikcom dari Fadli Zon pada Sabtu (29/3/2014) pukul 10.12 WIB.

Tokoh ikan merah dan kerempeng yang diceritakan Fadli mengalami serangan dari ikan-ikan buas begitu dia melompat dari akuarium ke sungai berarus deras. Padahal sebelumnya, si ikan itu dibeli Waketum Gerindra itu dari tetangga sebelah dan sempat mempesona banyak orang.

Fadli enggan memberi keterangan soal untuk siapa satire ini ditujukan, begitu pula soal siapa yang dimaksud sebagai 'ikan merah kerempeng nan lincah' ini. Begini puisinya:

Sajak Seekor Ikan

Seekor ikan di akuarium
Kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah
Kerempeng dan lincah

Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja

Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai
bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas

Di sana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
Menjadi santapan ringan penguasa samudera

Fadli Zon, 29 Maret 2014

2. Sajak Seekor Ikan

Sajak yang bercerita tentang ikan berwarna merah dan kerempeng itu diterima detikcom dari Fadli Zon pada Sabtu (29/3/2014) pukul 10.12 WIB.

Tokoh ikan merah dan kerempeng yang diceritakan Fadli mengalami serangan dari ikan-ikan buas begitu dia melompat dari akuarium ke sungai berarus deras. Padahal sebelumnya, si ikan itu dibeli Waketum Gerindra itu dari tetangga sebelah dan sempat mempesona banyak orang.

Fadli enggan memberi keterangan soal untuk siapa satire ini ditujukan, begitu pula soal siapa yang dimaksud sebagai 'ikan merah kerempeng nan lincah' ini. Begini puisinya:

Sajak Seekor Ikan

Seekor ikan di akuarium
Kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah
Kerempeng dan lincah

Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja

Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai
bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas

Di sana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
Menjadi santapan ringan penguasa samudera

Fadli Zon, 29 Maret 2014

3. Sandiwara

Sajak Fadli Zon berjudul sandiwara ini amat kentara menyerang Jokowi, menyoal kepemimpinan 5 tahun di ibu kota. Sajak ini melanjutkan perang urat syaraf ke Jokowi.

Berikut puisi lengkap yang ditulis Fadli dan disebar ke wartawan pada 31 Maret 2014:

Sandiwara

Kau berjanji atas nama Tuhan
Di bawah sumpah kitab suci Al Quran
Kau bilang lima tahun pengabdian
Melayani warga penuh kesungguhan

Kau berjanji di hadapan rakyat
Disaksikan berjuta mata dan telinga
Kau bilang setia memegang amanat
Menyelesaikan masalah berat ibukota

Kini semua sirna sudah
Janji dan sumpah menjadi sampah
Kata-kata kehilangan makna
Tong kosong nyaring bunyinya

Kau berjanji pada rakyat
Di tengah upacara khidmat
Tuhan hadir di sana
Ternyata kau hanya bersandiwara

Fadli Zon, 31 Maret 2014

3. Sandiwara

Sajak Fadli Zon berjudul sandiwara ini amat kentara menyerang Jokowi, menyoal kepemimpinan 5 tahun di ibu kota. Sajak ini melanjutkan perang urat syaraf ke Jokowi.

Berikut puisi lengkap yang ditulis Fadli dan disebar ke wartawan pada 31 Maret 2014:

Sandiwara

Kau berjanji atas nama Tuhan
Di bawah sumpah kitab suci Al Quran
Kau bilang lima tahun pengabdian
Melayani warga penuh kesungguhan

Kau berjanji di hadapan rakyat
Disaksikan berjuta mata dan telinga
Kau bilang setia memegang amanat
Menyelesaikan masalah berat ibukota

Kini semua sirna sudah
Janji dan sumpah menjadi sampah
Kata-kata kehilangan makna
Tong kosong nyaring bunyinya

Kau berjanji pada rakyat
Di tengah upacara khidmat
Tuhan hadir di sana
Ternyata kau hanya bersandiwara

Fadli Zon, 31 Maret 2014

4. Menuju Indonesia Raya

Puisi Fadli berjudul 'Menuju Indonesia Raya' ini isinya menyindir slogan 'Indonesia Hebat' PDIP. Selain itu, ada juga sindiran untuk penjualan aset-aset negara selama kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.

Berikut isi lengkap puisi Fadli Zon pada 1 April 2014:

Menuju Indonesia Raya

Indonesia tak akan hebat
Kalau pemimpin tidak amanat
Indonesia tak akan hebat
Kalau koruptor semakin kuat
Indonesia tak akan hebat
Karena kau jual I*****t
Indonesia tak akan hebat
Kalau dirawat kaum khianat
Indonesia tak akan hebat
Karena rakyat belum berdaulat

Indonesia akan bangkit
Kalau pemimpin tidak sakit
Indonesia akan makmur
Kalau koruptor segera dikubur
Indonesia akan jaya
Kalau rakyat berkuasa
Indonesia akan jadi macan Asia
dengan gerakan Indonesia Raya

Fadli Zon, 1 April 2014

4. Menuju Indonesia Raya

Puisi Fadli berjudul 'Menuju Indonesia Raya' ini isinya menyindir slogan 'Indonesia Hebat' PDIP. Selain itu, ada juga sindiran untuk penjualan aset-aset negara selama kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.

Berikut isi lengkap puisi Fadli Zon pada 1 April 2014:

Menuju Indonesia Raya

Indonesia tak akan hebat
Kalau pemimpin tidak amanat
Indonesia tak akan hebat
Kalau koruptor semakin kuat
Indonesia tak akan hebat
Karena kau jual I*****t
Indonesia tak akan hebat
Kalau dirawat kaum khianat
Indonesia tak akan hebat
Karena rakyat belum berdaulat

Indonesia akan bangkit
Kalau pemimpin tidak sakit
Indonesia akan makmur
Kalau koruptor segera dikubur
Indonesia akan jaya
Kalau rakyat berkuasa
Indonesia akan jadi macan Asia
dengan gerakan Indonesia Raya

Fadli Zon, 1 April 2014

5. Sajak Tentang Boneka

Kali ini Fadli melempar sajak tentang boneka berbaju kotak merah muda. Sajak tersebut menggambarkan tentang boneka berbaju kotak merah muda yang tak bisa bersuara dan hanya bisa mengikuti perintah pemiliknya.

Berikut sajak terbaru Fadli Zon tentang boneka yang dikirim ke detikcom pada 3 April 2014:

Sajak Tentang Boneka

Sebuah boneka
Berbaju kotak merah muda
Rebah di pinggir kota

Boneka tak bisa bersuara
Kecuali satu dua kata
Boneka tak punya wacana
Kecuali tentang dirinya
Boneka tak punya pikiran
Karena otaknya utuh tersimpan
Boneka tak punya rasa
Karena itu milik manusia
Boneka tak punya hati
Karena memang benda mati
Boneka tak punya harga diri
Apalagi nurani
Dalam kamus besar boneka
Tak ada kata jujur, percaya dan setia
Boneka bebas diperjualbelikan
Tergantung penawaran
Boneka jadi alat mainan
Bobok-bobokan atau lucu-lucuan
Boneka mengabdi pada sang tuan
Siang dan malam

Boneka bisa dipeluk mesra
Boneka bisa dibuang kapan saja

Sebuah boneka
Tak punya agenda
Kecuali kemauan pemiliknya

Fadli Zon, 3 April 2014

5. Sajak Tentang Boneka

Kali ini Fadli melempar sajak tentang boneka berbaju kotak merah muda. Sajak tersebut menggambarkan tentang boneka berbaju kotak merah muda yang tak bisa bersuara dan hanya bisa mengikuti perintah pemiliknya.

Berikut sajak terbaru Fadli Zon tentang boneka yang dikirim ke detikcom pada 3 April 2014:

Sajak Tentang Boneka

Sebuah boneka
Berbaju kotak merah muda
Rebah di pinggir kota

Boneka tak bisa bersuara
Kecuali satu dua kata
Boneka tak punya wacana
Kecuali tentang dirinya
Boneka tak punya pikiran
Karena otaknya utuh tersimpan
Boneka tak punya rasa
Karena itu milik manusia
Boneka tak punya hati
Karena memang benda mati
Boneka tak punya harga diri
Apalagi nurani
Dalam kamus besar boneka
Tak ada kata jujur, percaya dan setia
Boneka bebas diperjualbelikan
Tergantung penawaran
Boneka jadi alat mainan
Bobok-bobokan atau lucu-lucuan
Boneka mengabdi pada sang tuan
Siang dan malam

Boneka bisa dipeluk mesra
Boneka bisa dibuang kapan saja

Sebuah boneka
Tak punya agenda
Kecuali kemauan pemiliknya

Fadli Zon, 3 April 2014
Halaman 2 dari 12
(trq/van)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads