PDIP Tanya Penjual Aset Negara di Puisi Air Mata Buaya, Ini Respon Gerindra

PDIP Tanya Penjual Aset Negara di Puisi Air Mata Buaya, Ini Respon Gerindra

- detikNews
Kamis, 27 Mar 2014 07:37 WIB
Jakarta - Puisi satire karya Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membuat PDIP meminta kejelasan soal siapa yang dimaksud sebagai penjual aset negara di puisi itu. Penulis puisi bertajuk 'Air Mata Buaya' itu menjawab.

"Itu kan umum (soal sosok yang dijadikan objek sindiran), jadi kalau merasa, maka ada sesuatu," kata Fadli Zon kepada detikcom, Kamis (27/3/2014).

Fadli mengatakan, puisinya itu hanya membicarakan nilai-nilai universal seperti ketulusan dan kejujuran. Sindiran-sindiran yang ada di dalamnya ditujukan untuk semua orang.

"Satirenya sangat umum, saya tidak bicara soal satu lembaga. Kalau tidak merasa, jangan kebakaran jenggot," ujar Fadli.

Bait yang berbunyi 'Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara' dalam puisi itu dinyatakan Fadli bukan spesial ditujukan untuk mantan presiden sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Kalaupun pihak PDIP tersindir, maka sejarah itu harus diakui.

"Kalau menjadi fakta sejarah, kenapa tidak diakui? Itu kan mungkin keputusan politik ekonomi yang harus diambil kala itu," kata Fadli.

Meski begitu, Fadli tetap menolak untuk mengungkapkan objek sasaran puisinya yang meluncur di tengah rivalitas Gerindra dan PDIP itu. Baginya, isi puisi tidak bisa begitu saja diungkap kejelasannya.

"Kalau puisi mau dikaji, ada ilmu khusus kritik sastra. Itu biar para kritikus sastra yang mau melihat. Kalau konteksnya di politik, ya biarlah orang melihat," kelitnya.

Sebelumnya, PDIP bertanya balik soal objek sindiran di puisi itu. Ini karena Fadli menyindir soal penjualan aset negara.

"Yang jual aset negara siapa? Tanya ke Gerindra," tanggap Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo saat dihubungi, Rabu (26/3).

Beginilah satire Fadli Zon bertajuk 'Airmata Buaya':

Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya

(dnu/vid)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads