"Tapi ya ini fenomena baru, caleg atau politisi yang dapat berpuisi. Kami harus banyak belajar dalam hal ini," kata Wakil Sekjen PDIP Eriko Sotarduga saat dihubungi, Rabu (26/3/2014).
Eriko memilih tak menanggapi secara berlebihan puisi satire Fadli. Soalnya Eriko mengaku belum mahir berpuisi dan harus belajar dulu.
"Apalah awak ini tak pandai berpuisi dan berpantun," kata Eriko sambil tersenyum.
Terkait isi puisi itu sendiri, Eriko tak ingin berkomentar. PDIP akan menyerahkan semua pilihan kepada rakyat hingga Pemilu 2014 nanti.
"Hahaha, nggak ingin menanggapi, marilah kita bersama-sama memberikan yang terbaik untuk rakyat ke depan ini. Biarlah masyarakat dan rakyat Indonesia yang memutuskan yang terbaik," tutur Eriko.
Beginilah satire Fadli Zon bertajuk 'Airmata Buaya':
Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya
(dnu/trq)