"Undangan seminar juga dia tak mau ke Singapura," jelas sejarawan Asvi Warman Adam saat berbincang dengan detikcom, Rabu (12/2/2014).
Saat itu, pada 1968 hubungan Indonesia dan Singapura memanas. Pemerintah saat itu, Soeharto sudah meminta agar Usman dan Harun diringankan hukumannya. Tapi PM Singapura Lee Kuan Yew tak mengabulkannya, hukum di negeri itu tetap diberlakukan.
Penolakan Lee Kuan Yew berujung demo. Kedubes Singapura terus didatangi demonstran. Kecaman-kecaman juga datang.
"Hatta melawan dengan cara yang damai, sesuai ciri khasnya," terang Asvi.
Kala Singapura tetap melaksanakan eksekusi pada Usman dan Harun, Hatta berikrar pada istrinya Rahmi dia tak akan menginjakkan kaki di Singapura, walau hanya sekedar transit.
"Dan Hatta konsisten melawan sampai dia meninggal pada 1980-an. Hatta tak pernah ke Singapura," tutur Asvi.
(ndr/mad)