Berdasarkan data Global Adult Tobaco Survey tahun 2011, Indonesia memiliki prevalensi perokok aktif tertinggi sebanyak 36,1 persen orang dewasa, dan 67 persen pria remaja.
"Bahkan kebiasaan merokok di kalangan anak meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir, dimana anak usia 13-15 tahun merupakan perokok aktif," demikian rilis yang dikeluarkan Komunitas Pengendali Tembakau, Minggu (2/2/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permenkes disosialisasikan kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan hari ini sebagai ikon pengingat untuk menggambarkan perilaku merokok yang dapat menyebabkan kematian.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof Dr Tjandra Yogaditama mengatakan, konsumsi rokok di Indonesia telah meningkat signfikan.
"Peningkatan konsumsi rokok diseabbkan pertumbuhan populasi, murahnya harga rokok, dan strategi merketing rokok yang sangat agresif," tuturnya.
Komunitas Pengendalian Tembakau menggelar kampanye bahaya rokok pagi ini di kawasan Bundaran HI. Dalam kampanye yang diikuti sekitar 30 orang itu, diawali dengan senam aerobik bersama warga selama 20 menit. Setelah itu, beberapa aktivis komunitas membagi-bagikan brosur dan mewawancarai masyarakat yang sedang olah raga di kawasan Bundaran HI.
Beberapa orang mengenakan kostum hitam dan baju kotak bertuliskan 'Sudah Waktunya Indonesia Melek Bahaya Rokok'. Sosialisasi ini akan diawali tour ikon pengingat keliling DKI Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali mulai hari ini. Melalui kampanye ini, diharapkan dukungan masyarakat untuk membangun kesadaran mereka akan bahaya rokok, selain memotivasi mereka untuk berhenti merokok.
(rmd/sip)