Jakarta - Spesialis Kedokteran Forensik FH UI Dr Djaja Surya Atmadja memperkirakan racun arsen yang digunakan untuk membunuh aktivis HAM Munir dicampur dalam makanan dan minuman."Arsentrioksida bentuk bubuk warna putih tidak berbau dan berasa, racun yang digunakan untuk membunuh almarhum Munir. Itu pasti bubuk yang dicampur di makanan atau minuman,".Demikian disampaikan Spesialis Kedokteran Forensik FH UI Dr Djaja Surya Atmadja usai diskusi bertajuk 'Siapa yang Meracuni Munir' di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (25/11/2004)."Saya ingin bantah dengan artikel di
Kompas bahwa bukan berarti keracunan arsen akan langsung mati. Maksimal bisa 4 hari walaupun 400 miligram sekali pun. Itu semua tergantung gejala yang terjadi pada beliau," ujar Djaja."Kalau minuman bisa langsung meninggal karena dari lambung langsung ke usus halus. Kalau makanan bisa bertahan sampai 4-5 jam. Kalau begitu bisa diracun sebelum pergi, berbeda dengan racun lain yang bisa langsung mati," lanjutnya.Dikatakan dia, arsen bisa dikategorikan racun yang tidak efektif karena bekerjanya lama dan bisa gagal. "Saya memprediksi Munir diracun satu gram lebih dan itu bisa mematikan," kata dia.Lebih lanjut, menurut Djaja, pembunuh Munir bukan seorang yang profesional."Dia seorang yang cukup mengerti tentang racun.Dia hanya cukup membaca literatur forensik sudah cukup mengerti. Saya tidak pernah bilang yang meracuni orang terdekat," kata Djaja."Tetapi, kasus dengan arsen biasanya dilakukan oleh orang yang punya akses pada makanan dan minuman yang bersangkutan. Jadi jangan berpikir yang lain. Menurut saya, itu bisa siapa saja dengan segala kemungkinan. Jadi jangan karena kita benci pada Polri misalnya, langsung berpikiran ke sana. Saya di sini netral tidak berpihak pada mana pun baik LSM maupun TNI," demikian Djaja.
(aan/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini