Saat berbincang dengan detikcom di mobil taksinya, Rabu (11/12/2013), ayah dua anak ini bercerita, tak bisa mendapatkan ijazah SD karena faktor biaya. Pada waktu itu, ayahnya menyuruh berhenti sekolah dan meminta Tarnedi untuk mencari uang ke Jakarta.
"Buat apa kamu sekolah, lurah sudah ada, gubernur ada, camat ada, nyari duit saja sama kakak kamu di Jakarta," cerita Tarnedi menirukan ucapan ayahnya kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Becaknya pernah kebalik ndubrak... sampai nangis saya," kenangnya.
Setelah sekian lama menarik becak, Tarnedi pun belajar untuk mengendarai bajaj. Akhirnya dia bisa menjadi sopir bajaj pada tahun 1985. Itu pun tidak mudah. "Pernah juga kebalik di jalanan," imbuhnya.
Awal mula profesi sebagai sopir taksi dilakoninya sekitar tahun 90-an. Berawal dari mencuci mobil para sopir, dia lalu belajar menyetir. Pria asal Indramayu, Jabar, ini lama kelamaan mahir dan mendapatkan SIM pertama hingga jadi sopir taksi Express selama tujuh tahun terakhir.
"Narik taksi pertama kali mendapat sewa, saya nggak terlalu biasa. Akhirnya malah disetirin penumpang yang buru-buru karena saudaranya meninggal, jadi penumpang yang nyetirin," cerita Tarnedi sambil tersenyum.
Kini, Tarnedi masih bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dia mulai 'narik' sejak pukul 05.00 WIB hingga 00.30 WIB dinihari. Pria yang rambutnya dipenuhi uban ini masih punya cita-cita untuk memiliki rumah sendiri.
"Kalau setoran cukup kita bisa pulang lebih awal, kalau setoran nggak cukup kita bisa pulang lebih malam. But don't worry we have to having fun, bro...," ucapnya menghibur diri.
(mad/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini