"Ini merusak karena mencegah kompetitor politik yang potensial," ujar pengamat politik UGM, Arya Dwipayana saat berbincang dengan detikcom, Rabu (9/10/2013) malam.
Dinasti yang dimiliki Ratu Atut disebut telah membentuk benteng yang kuat sehingga memiliki penguasaan di sektor politik. Akibatnya, tokoh-tokoh lainnya yang memiliki kemampuan mumpuni dicegah untuk muncul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arya sepenuhnya tidak menyalahkan penyebab munculnya dinasti politik pada satu orang saja. Namun, partai politik juga disebut memberi andil besar dalam proses terbentuknya dinasti politik. "Parpol terjebak dalam mencari figur, sehingga tidak ada kaderisasi internal," jelasnya.
"Parpol tidak berhasil keluar dari demokratisasi internalnya yang kemudian memunculkan dinasti," imbuhnya.
Salah satu penyebab mulai bergoyangnya dinasi Atut adalah mulai pudarnya figur haji Chasan selaku orangtua Atut. Terlebih dinasti Atut tidak membuat jaringan politik yang kuat pada musuh-musuhnya. "Tetapi tidak sekuat dulu," kata Arya.
Salah upaya untuk membongkar dinasti Atut adalah dengan kekuatan yang besar seperti yang terdapat pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Lemahnya oposisi karena dilemahkan oleh politik represif dan juga ada proses kooptasi," ujarnya.
(fiq/fdn)