Deretan bangku itu terlihat mulai dari perempatan Kuningan – Gatot Subroto ke arah jembatan Semanggi dan sebaliknya. Jarak antara bangku satu dengan yang lainnya kurang lebih 30-50 meter.
Aneka bangku taman lebih dulu dipasang di sepanjang jalan Sudirman – Thamrin dan daerah Kebon Sirih. Dan mulai pekan ini deretan bangku taman juga bisa ditemui di sepanjang ruas jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampilannya terlihat elegan. Warna kayu asli yang tetap dipertahankan dipadukan dengan warna putih besi penyangga bangku.
Letaknya pun ditata, umumnya diletakkan di dekat pohon atau dekat halte busway sehingga tak terlihat mengganggu.
Selain mempercantik wajah jalanan du Jakarta, bangku-bangku itu juga memberikan kenyamanan bagi masyarakat.
Pantau detikcom pada Jumat malam pekan lalu misalnya, sejumlah warga memanfaatkan bangku taman di jalan Gatot Subroto, sambil istirahat.
Ada yang duduk berdua dengan pasangannya, ada juga yang sambil ngobrol sembari menunggu bus.
Terlihat beberapa gelandangan dan pengemis memanfaatkan bangku taman yang ada di bawah pohon rimbun untuk duduk beristirahat. Namun beberapa bangku taman yang ada di sepanjang ruas jalan Sudirman, belum dilengkapi dengan lampu penerangan.
Sedikit berbeda dengan bangku di kawasan Sudirman – Thamrin yang tampak ramai digunakan masyarakat, pemandangan pada Jumat malam lalu tak terlihat banyak orang yang duduk di bangku sepanjang Gatot Subroto. Kehadiran bangku tersebut diakui sangat memberikan manfaat.
Yuhan, 32 tahun, karyawan perusahaan swasta yang berkantor di Wisma Mulya misalnya. Malam itu dia tampak duduk sendiri di bangku yang diterangi lampu sambil mendengarkan musik dari earphonenya.
Pria yang tinggal di bilangan Cibubur, Jakarta Timur ini mengaku sangat senang dengan adanya bangku di depan kantornya itu.
“So far ini terobosan yang kerenlah. Kalau saya lihat di televisi sudah seperti di luar negeri. Di luar kan banyak taman-taman yang ada fasilitas seperti ini,” kata Yuhan saat ditemui detikcom Jumat malam (4/10) pekan lalu.
“Manfaatnya cukup banyak, saya bisa nunggu bis sekitar 30 menit – 1 jam. Bisa pegal kalau berdiri terus, soalnya bis ke tempat saya jarang. Dengan adanya ini (bangku) sangat lumayanlah,” dia menambahkan.
Halte bus memang ada tak jauh dari tempat Yuhan berada. Tapi dia enggan menunggu di sana sebab halte itu biasanya selalu penuh saat ia pulang kantor.
Vicky, 20 tahun, juga menuturkan hal senada. Pria asli Sukabumi yang tinggal di salah satu kawasan di Jakarta Timur itu sehari-hari bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah bank swasta di gedung Patrajasa.
Vicky biasanya pulang malam hari lalu menunggu angkutan umum sambil berdiri.
“Pulang kerja kan sudah capek ya. Makanya bagus juga ada bangku ini, sambil nunggu kami bisa istirahat. Enak.” kata dia kepada detikcom.
Sejak dipasang, bangku-bangku di depan kantornya itu selalu jadi favorit. Bahkan, saat pulang pada jam kerja, ia bisa rebutan agar bisa duduk. padahal bangku itu hanya berkapasitas 3-4 orang.
“Yang pakai bangku ini selalu penuh, kalau pas pulang kerja pasti ramai,” kata dia.
Dibanding duduk di halte, Vicky lebih memilih menunggu sambil duduk di pagar dinding pembatas taman yang ada persis di muka gedung tempatnya bekerja.
“Di sana (halte) kan enggak nyaman, karena dudukannya terlalu rendah, enggak bisa nyandar seperti sekarang ini,” kata Vicky.
(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini