"Salah satu hak anak adalah memperoleh jaminan untuk menikmati budayanya sendiri. Sementara miss world, yang merupakan kontes kecantikan yang berbasis fisik dan cenderung eksploitatif terhadap harkat kemanusiaan," jelas Wakil Ketua KPAI Asrorun Niam dalam keterangannya, Sabtu (7/9/2013).
Menurut Niam, kontes ala miss world ini merupakan bentuk invasi budaya impor yang tidak sejalan dengan budaya bangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rangkaian ajang miss world yang digelar di Bogor ini dinilai Niam malah menggambarkan jurang kesenjangan sosial. Amat jauh berbeda dengan kondisi Indonesia.
"Sekolah susah, untuk berobat juga sulit. Ajang ini tidak memiliki sensitifitas sosial sama sekali. Memamerkan, kecantikan fisik, kemolekan tubuh, pesta pora, gaya hidup glamor dan hedonis. Sementara mash ada jutaan anak-anak yang hidup dalam kelaparan jelas sangat melukai rasa keadilan, bertentangan denga prinsip dasar kehidupan bernegara kita yang mengedepankan kebersamaan dan kesetiakawanan sosial," urainya.
(ndr/fdn)