Dari Pengalaman Buruk hingga Trauma Pada Pembantu Dadakan

Banjir Pembantu Musiman

Dari Pengalaman Buruk hingga Trauma Pada Pembantu Dadakan

Ropesta Sitorus - detikNews
Jumat, 02 Agu 2013 15:30 WIB
Fotografer - Rois Jajeli
Jakarta - Bagi sebagian warga ibu kota ada satu kekhasan setiap kali masa Lebaran yakni munculnya para pembantu dadakan atau infal. Pembantu-pembantu rumah tangga dan babysitter ini menawarkan jasa dengan sistem tarif harian. Harganya bisa 100 hingga 200 persen di atas tarif normal. Tapi tak semua orang mudah percaya pada para pembantu musiman itu.

“Tiap Lebaran si mbak-mbak pasti mudik, tapi aku enggak berani ambil infal,” kata pemain film dan bintang iklan Astri Nurdin, 35 tahun, kepada detikcom, Kamis (1/8). Ibu satu anak ini mengaku sama sekali belum pernah menggunakan jasa pembantu dadakan. Lalu apa yang membuat dia tak mudah percaya pada infal?

“Aku dapat kabar dari saudara dan teman tentang pengalaman buruk mereka, misalnya ada yang kehilangan barang dan kerjanya enggak beres,” kata dia. Gambaran itu rupanya melekat dalam benak Astri sehingga tak pernah terbersit di benaknya untuk mencari pengganti saat dua pembantu dan satu supirnya minta izin mudik sepekan. “Enggak apa-apalah sekali setahun aku jadi infal di rumah sendiri.”

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

*****

Durasi kerja para infal memang biasanya tak lama, maksimal satu bulan, menggantikan posisi pembantu permanen yang sedang mudik. Tapi agaknya keberadaan infal yang hanya beberapa hari itu justru membuat banyak orang khawatir untuk menyewa jasa mereka. Alasannya macam-macam, mulai dari khawatir kinerjanya tidak beres hingga alasan khawatir tindakan kriminal seperti pencurian maupun penipuan.

Pengalaman buruk pada jasa infal juga pernah dirasakan Lula Kamal, 43 tahun. Kesibukan dokter yang juga presenter dan bintang iklan ini akan melonjak jika dua pembantu dan dua babysitter-nya mudik sehingga membuatnya terpaksa memakai jasa infal. Dia pernah mendapat infal yang memang berkinerja baik dan sebaliknya.

“Nasib-nasiban sih, kalau penyalur itu pastikan bilang semua bisa kerja. Saya pernah dapat yang memang biasa kerja. Tapi pernah juga dapat yang baru pertama kali jadi infal, enggak pernah ada pengalaman kerja, jadi datang dari kampung cuma buat infal doang. Kayak gitu yang kacau banget, begitu sampai rumah dia juga cuma tidur doang,” kata Lula menceritakan pengalamannya kepada detikcom Kamis (1/8).

Rasa tak percaya juga membuat Lula tak pernah mengambil tenaga kerja infal untuk babysitter, kecuali yang benar-benar dikenalnya atau bekas pembantunya terdahulu. “Infal itu lebih ke arah pembantu rumah tangga atau PRT, kalau babysitter enggak percaya. Bukan apa-apa, kalau ngambil barang sih saya enggak peduli, tapi yang saya utamakan anak dulu, kalau harta mah kalau rezeki Tuhan kasih,” ujar ibu tiga anak ini.

*****

“Sudah berpengalaman kerja? Ada sertifikat enggak?” suara Reno, 32 tahun, terdengar pelan namun tegas, Kamis (1/8) sore. Dia tampak hati-hati menanyai Siti Nurbaya, 38 tahun, dan Wayan Sudiyati, 39 tahun. Pandangannya lekat pada kedua wanita berpakaian putih-putih ala seragam suster yang duduk di bangku di samping meja resepsionis.

Yang ditanyai tampak mengangguk untuk pertanyaan yang pertama. Lalu mulai menggeleng untuk pertanyaan kedua. “Sertifikatnya ada, tapi sudah hilang,” kata Siti sambil tersenyum menutupi rasa grogi. Wajah Reno mendadak kehilangan selera. Lalu setelah kedua wanita itu beranjak ke dalam ruangan, Reno pamit pada tiga orang resepsionis di Yayasan Cendana Raya, perusahaan penyalur tenaga kerja milik Ibu Gito.

Karyawan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang trading itu sedang mencari babysitter karena pengasuh bayinya pulang pada hari itu juga. Pilihannya jatuh pada infal alias tenaga kerja khusus yang dipekerjakan saat mudik dan Lebaran. Tapi ia tak mau asal percaya pada infal.

“Sekarang banyak yang ngaku-ngaku suster, yang ada sertifikat saja enggak beres, apalagi yang enggak ada, makanya banyak kasus,” kata dia kepada detikcom Kamis (1/8). Ayah seorang balita berusia 2,5 tahun itu berujar ia pernah punya pengalaman buruk karena infal yang ia ambil dari suatu yayasan ternyata tak bisa diandalkan. “Enggak bisa kerja, ya kita sudah bisa lihatlah.”



Pernah juga ia mengalami penipuan oleh tenaga kerja. “Saya sudah beli tiket mau ke Thailand satu keluarga semuanya, sudah sampai booking hotel juga tapi saya cancel semua. Ternyata dia tukang tipu, dia ngakunya suster enggak taunya bekas TKW,” kata dia. “Ini yang diurus kan anak kecil, kalau ada apa-apa sama anaknya kan yayasan mau ngomong apa? Udah gitu kita bayarnya mahal lagi,” kata dia.

Ruminah atau lebih dikenal dengan nama Ibu Gito mengatakan tarif jasa infal atau tenaga kerja dadakan yang muncul saat Lebaran memang biasanya lebih mahal dua hingga tiga kali lipat dibanding dengan tenaga kerja biasa pada masa normal. “Kalau yang PRT infal gajinya antara Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per hari, kalau baby sitter infal Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu,” kata dia kepada detikcom.

*****

Selain soal kinerja, cerita miring tentang kiprah infal adalah kekhawatiran akan pencurian. Itu juga yang membuat Lula Kamal selalu waspada saat mempekerjakan infal di kediamannya. Saat hari Idul Fitri ia biasanya selalu ke rumah keluarganya yang lebih tua. Rumahnya sendiri dibiarkan kosong dengan dijaga oleh infal. “Tapi biasanya kamar aku kunci, risikonya diapain terserah deh,” kata dia.

Belakangan, Lula mulai memasang strategi dengan meminta pembantu rumah tangga dan babysitter-nya pulang bergantian. Dengan begitu ia tak perlu memperkerjakan infal baru yang belum dikenal. “Kadang-kadang saya nawarin babysitter yang saya punya agar mereka enggak pulang tapi dihitung infal. Mereka tetap boleh pulang tapi setelah Lebaran dan ganti-gantian,” ucapnya.

Tapi, Lula meneruskan, kalaupun tak terelakkkan untuk menyewa jasa infal, biasanya dia melakukan seleksi ketat. Selain memperhatikan bukti identitas seperti KTP dan meminta foto, Lula juga hanya mau mengambil jasa infal dari penyalur yang dikenalnya. “Saya tanya dulu, ini siapanya kamu nih, jadi saya tahu kampungnya dan kalau ada apa-apa bisa kita samperin lagi.”
 

(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads