"Tersangka terobsesi melakukan seks bebas," ungkap Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Trunoyudho Wisnu Andhiko kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Senin (3/6/2013).
GL memperoleh dokumen salinan format surat dan stempel asli Perpusarda Kota Bandung dari ibunya berinisial N yang bekerja di instansi tersebut. GL memaksa dan memukul ibu kandungnya tersebut guna memperoleh dokumen dan stempel. Lantaran di bawah ancaman, akhinya N terpaksa menuruti kemauan GL.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rupanya GL merekayasa dokumen yang diperolehnya tersebut. Ia menjiplak dan mengubah format surat yang seolah-olah Kepala Perpusda M Anwar memerintahkan kepada pegawainya mengikuti ritual seks bebas. Anwar menegaskan tidak pernah membuat surat tersebut dan memastikan palsu karena yang tercantum dalam surat bukan tandatangannya. Selain itu, kejanggalan lainnya yakni terdapat materai Rp 6.000. Anwar pun melaporkan kasus pemalsuan dokumen itu kepada Polrestabes Bandung, Rabu (29/5) lalu.
GL meminta petugas operator warung internet (warnet) yang lokasinya tak jauh dari indekos untuk mengetikkan surat ritual seks bebas dan mencetaknya melaui printer. Petugas warnet sempat curiga dengan permintaan aneh GL tersebut. Guna mengelabuinya, GL beralasan isi surat itu hanya contoh buat tugas kuliah.
Guna memastikan masalah kejiwaan GL, polisi tes psikologi. Namun hasil tes oleh Polda Jabar itu belum keluar. Kalaupun sudah terungkap hasil tes psikologi, Trunoyudho mengatakan tidak bisa disampaikan lantaran berlaku etika medik soal data pribadi seseorang. Hasilnya bisa diungkapkan saat persidangan.
"GL itu pengangguran," kata Trunoyudho.
Ayah GL sudah meninggal. Selama ini hubungan GL dengan ibu dan adiknya tidak harmonis. GL pun memilih indekos sejak 2012 lalu.
(bbn/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini