Tapi tidak bila kumpul-kumpul itu dilakukan lewat telekonferensi. Teknologi itu membuat pertemuan efektif dan efisien. Seperti yang dilakukan di ruang pertemuan di Kedutaan Besar RI (KBRI) Moskow, Selasa (14/5/2013) siang itu.
Sebuah layar besar terbentang di tengah ruangan. Telekonferensi memanfaatkan server milik Kemlu di Jakarta dan menjalankan aplikasi tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peserta telekonferensi dari Jakarta adalah Dirjen Amerika dan Eropa (Amerop) Kemlu Dian Triansyah Djani dan Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik (IDP) AM Fachir. Setelah acara dibuka, kedua dirjen tersebut memberikan pendapat-pendapat. Lantas disusul dengan para dubes yang melaporkan kondisi terkini wilayah tugasnya, mulai dari potensi pasar, nilai perdagangan kedua negara, hingga tantangan yang dihadapi.
13 Dubes tersebut adalah:
1. Dubes RI Moskow Djauhari Oratmangun (moderator).
2. Dubes RI Sarajevo (Bosnia) Subijaksono Sujono
3. Dubes RI Bratislava (Slovakia) Djumantoro Purbo
4. Dubes RI Sofia (Bulgaria) Bunyan Saptomo
5. Dubes RI Praha (Ceko) Emeria W Siregar
6. Dubes RI Kiev (Ukraina) Niniek Kun Naryati
7. Dubes RI Warsawa (Polandia) Darmansyah Djumala
8. Dubes RI Beograd (Serbia) Semuel Samson
9. Dubes RI Bucharest (Rumania) Marianna Sutadi
10. Dubes RI Kroasia Agus Sardjana
11. Dubes RI Helsinki Ilyas Ginting
13. Dubes RI Slovenia Dewa Made Juniarta Sastrawan
Eropa Timur dan Tengah (ETT) dikenal sebagai pasar non-tradisional Indonesia. Padahal pada tahun 60-an, ETT merupakan pasar utama bangsa kita. Perubahan terjadi setelah Indonesia kemudian lebih fokus kepada pasar di negara-negara maju.
Dirjen Amerop Dian Triansyah lebih menyukai ETT sebagai 'pasar yang tidak tergarap secara maksimal saat ini' dibandingkan dengan istilah pasar non-tradisional. "Target kita adalah ingin memaksimalkan perwakilan kita untuk menggaet pasar ETT," ujar Dian Triansyah.
Saat ini, Indonesia dianggap seksi oleh ETT karena ada kecenderungan pasar Eropa tidak sepotensial dulu lagi. Hal ini bisa dilihat dengan penandatanganan kerja sama Indonesia dengan mitra-mitra ETT yang terus meningkat. Untuk mendongkrak pasar, maka diperlukan strategi bagaimana kita memasarkan dan mencari produk yang menarik. Juga kita harus melebarkan produk, tidak hanya fokus 1-2 produk saja. Networking juga jadi kunci.
Sedangkan Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik (IDP) AM Fachir menyebut pencitraan juga merupakan hal penting."Kita adalah bangsa yang besar sehingga perlu bersikap seperti negara besar. Selama ini kita kurang pede bahwa kita adalah bangsa yang besar," ujarnya.
Fachir mendorong diplomasi publik yaitu diplomasi dengan melibatkan orang-orang terkemuka seperti artis, pemuka agama, tokoh pemuda/non pemerintah, termasuk media, karena itu jauh dirasa lebih efektif.
Setelah itu, para dubes mendapatkan giliran bicara 3 hingga 5 menit untuk menceritakan kondisi posnya. Misalnya saja Dubes RI Wina merangkap Slovenia, Rahmat Budiman, menceritakan Slovenia hanya memiliki penduduk 3 juta jiwa dan sekarang menghadapi kontraksi ekonomi yang cukup berat. Akibatnya, pemasaran produk Indonesia ke negeri itu menghadapi tantangan. Produk utama Indonesia yang dijual di negeri ini adalah batubara.
Ke depan, tidak hanya batubara yang jadi fokus ekspor. Hal ini karena pemerintah Slovenia telah memberi sinyalemen untuk mengalihkan batubara ke energi yang terbarukan, antara lain nuklir.
Sedangkan Dubes RI Beograd (Serbia) Semuel Samson menyatakan, strategi diplomasi yang dilakukannya dimulai dengan people to people contact, bersambung business to business lalu government to government. Dia juga menangkis asumsi yang muncul di Tanah Air yang menyebut diplomat di luar negeri digaji mahal tapi kerjanya tidak maksimal.
"Perwakilan di luar negeri tidak ada yang tidur. Kerjanya setengah mati," tandasnya. Semuel juga menegaskan bahwa birokrasi Kemlu di atas rata-rata, semua all out. Sayangnya, usaha keras itu tidak mendapatkan ekspose memadai di dalam negeri.
Sementara, Dubes RI Bucharest Marianna Sutadi menceritakan, dia sering melihat gelas-gelas di restoran yang bertuliskan Made in Indonesia. Juga bulu mata palsu. Untuk menggenjot perdagangan, Indonesia akan mengikuti pameran barang-barang consumer goods pada 29 Mei - 2 Juni dipimpin oleh Kemendag.
Banyak dubes yang menyatakan posisi tempatnya bertugas sangat strategis, sebab menjadi pintu pemasaran ke negara-negara di sekitarnya. Potensi ETT juga mirip-mirip, misalnya soal energi. Karena itu perlu dilakukan pemetaan wilayah agar tidak tumbang tindih dan terjadi integrasi dan koordinasi.
Atas hal itu, Dirjen Amerop menyatakan perlu memetakan wilayah-wilayah tersebut berdasarkan level of priority. "Tentu perlu dilihat berapa besar sumbangan ekonomi yang dihasilkan untuk Indonesia," ujar
Sedangkan Dirjen IDP mendorong perwakilan di negara tetangga lebih aktif mengetuk pintu langsung kepada partner potensial. "Jangan terlalu bergantung kepada Kemlu dan direktorat," katanya. Upaya 'ketuk pintu' itu dianggap lebih cepat mendatangkan kesepahaman dibandingkan bila harus memakai jalur Jakarta.
Meski membicarakan hal yang serius, namun telekonferensi tersebut berlangsung cair dan diwarnai canda. Kendala teknis beberapa kali terjadi, namun secara keseluruhan tidak mengganggu kelancaran acara. Ada yang mengharapkan telekonferensi semacam ini berlangsung rutin setiap 3 bulan.
Telekonferensi dengan memanfaatkan teknologi untuk para dubes kawasan ETT baru pertama ini digelar di KBRI di Moskow. Namun Kemlu telah sering memanfaatkan peranti tersebut dengan peserta yang lebih banyak. Misalnya saat Menlu Marty Natalegawa memberikan pengarahan kepada para dubes yang tersebar di banyak negara yang jumlahnya mencapai puluhan orang.
(nrl/rmd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini