Pria kelahiran Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 17 Juni 1939 ini ditunjuk langsung oleh Presiden Soeharto, untuk mengusut penembakan demonstran oleh pasukan Indonesia tepatnya di kuburan Santa Cruz di Ibukota Dili pada 12 November 1991.
Suami dari Masrowida Lubis ini menelurkan rekomendasi DKP yang ditindaklanjuti dengan pencopotan sejumlah perwira antara lain Pangdam Udayana Mayjen Sintong Panjaitan, Brigjen Rudolf Warouw dari Panglima Komando Pelaksana Operasi Timor Timur serta Kapten Choki Aritonang dan beberapa bawahannya sebagai perwira pelaksana di lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang akrab disapa Sal ini merupakan perwira ABRI yang memegang jabatan tertinggi tanpa melalui jenjang Kepala Staf.
Ayah 3 anak ini sebenarnya bercita-cita menjadi pelaut. Menteri Polhukam era Presiden BJ Habibie ini pernah bertugas di Morotai dalam operasi Trikora pada 1962 dan penumpasan gerombolan RMS tahun 1963 di Seram.
Ketika bergabung dengan RPKAD (kini Kopassus) tahun 1964-1972, Feisal bertugas di Kalimantan Barat, Irian Jaya, Jawa, dalam rangka operasi Dwikora, penumpasan gerombolan OPM, dan G-30-S/PKI.
Pada 1973, ia ikut Kontingen Garuda yang bertugas di Vietnam. Dua tahun kemudian, bekas dosen Seskoad itu bertugas di Timor Timur.
Yang paling mengesankannya adalah ketika Feisal sebagai komandan Tim Ekspedisi ke Lembah X di Irian Jaya, diterjunkan dari udara ke daerah bergunung-gunung terjal dan terisolasi.
Jenderal yang terkenal dengan kumis tebalnya ini meninggal dunia di RS Siloam, Jakarta Pusat, sekitar pukul 06.25 WIB dan akan dimakamkan di TMP Kalibata.
(aan/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini