Melihat Kota Monrovia

Laporan dari Liberia

Melihat Kota Monrovia

- detikNews
Jumat, 01 Feb 2013 22:40 WIB
Suasana Kota Monrovia (Arifin/detikcom)
Monrovia - Bau tak biasa menyambut Presiden SBY dan rombongan saat tiba di Bandara Internasional Robert di Monrovia, Liberia, Kamis (31/1/2013). Begitu pintu pesawat Airbus 330-300 dibuka, angin yang berhembus di tengah cuaca pagi hari yang cerah itu membawa bau tak biasa yang menusuk hidung. "Ini bau khas Afrika," kata salah seorang rombongan.

Beberapa pejabat negara juga mempertanyakan bau khas itu. Baunya memang aneh. "Sepertinya itu bau peternakan sapi. Tapi saya tidak tahu persis," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

Namun bau tak biasa ini dimaklumi saja. Maklum, Liberia yang berada di Afrika Barat ini merupakan negara yang masih miskin. Dari data yang didapatkan detikcom dari Pemerintah Liberia, negara ini hanya memiliki GDP per kapita US$ 200. Tingkat penganggurannya juga sangat tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bandara Internasional Robert juga membuktikan miskinnya negara yang sudah merdeka sejak 1847 itu. Ini satu-satunya bandara besar yang dimiliki Liberia. Ada bandara kecil yang hanya berjarak sekitar 3 KM dari pusat kota Monrovia, tapi bandara kecil itu hanya digunakan untuk pengoperasian helikopter dan pesawat-pesawat kecil.

Bandara ini memiliki runway yang cukup panjang, sehingga bisa didarati pesawat berbadan besar seperti A 330-300. Namun, terminalnya sangat-sangatlah sederhana. Jadwal penerbangan pun belum tentu ada setiap hari. Saat pesawat Garuda mendarat, hanya ada dua pesawat lainnya yang tengah parkir, yaitu pesawat British Airways yang merupakan pesawat yang membawa PM Inggris David Cameron dan satu pesawat putih kecil bertuliskan 'UN'.

Tidak ada bangunan besar lain di sekitar bandara Robert. Sejauh mata memandang, hanya ada padang rerumputan dan pepohonan, hamparan sawah, dan bangunan-bangunan tak permanen yang merupakan rumah-rumah penduduk. Selain itu, juga terlihat pos-pos yang dijaga tentara PBB. Tentara-tentara PBB masih berjaga-jaga di banyak titik pasca perang saudara beberapa tahun lalu.

Bandara Robert cukup jauh dari pusat kota. Ditempuh setengah jam perjalanan darat dengan pengawalan voorijder. Jalan raya dari bandara menuju pusat kota pun tidak lebar, hanya sekitar 6 meter, pas untuk dua mobil bersimpangan. Namun, aspalnya cukup mulus.

Sekitar 5 menit dari bandara, baru terlihat rumah-rumah penduduk yang lebih banyak. Rumah-rumah mereka masih sangat sederhana. Banyak pria di antara mereka yang hanya kongkow-kongkow di depan rumah. Anak-anak kecil juga hanya mengenakan baju seadanya yang lusuh.

Melihat pemandangan ini, sepanjang perjalanan dari Robert International Airport menuju Monrovia, Mensesneg Sudi Silalahi beberapa kali mengucap, " kita harus bersyukur bahwa negeri kita tidak seperti ini. Kita masih jauh-jauh lebih baik. Kita harus pandai bersyukur." Ucapan Sudi Silalahi itu pun disambut dengan para menteri lainnya, "Amienโ€ฆ".

Sudi memang benar. Kondisi Monrovia sebagai ibukota Liberia memang masih memprihatinkan. Bisa dibilang kota Monrovia masih kalah jauh dibanding ibukota kabupaten di daerah Sumatera. Di pusat kota, tidak ada hotel sekelas bintang lima. Hotel yang paling bagus adalah Hotel Grand Royal yang menjadi tempat pertemuan The 3rd High Level Panel (HLP) of Eminent Persons on the Post 2015 Development Agenda yang juga tempat menginap Presiden SBY atau hotel yang ditempati David Cameron yang berada di dekat pantai.

Dibandingkan dengan hotel bintang empat di Jakarta, dua hotel ini masih kalah jauh. Hotel Grand Royal, misalnya, masih baru. Bau cat di mana-mana. Sepertinya Pemerintah Liberia membangun hotel ini memang untuk menyiapkan pertemuan HLP ini. Pengerjaan di lantai teratas dari hotel berlantai enam ini juga masih belum tuntas. Informasi dari petugas hotel, hotel ini baru diresmikan pertengahan Januari lalu.

Transportasi umum di kota ini juga masih terbatas. Ada taksi berwarna kuning berlalu lalang. Tapi satu taksi mobil sedan itu bisa ditumpangi oleh lebih dari 6 orang. Ada juga angkutan umum seperti minibus. Angkutan ini dimodifikasi dengan membuat tempat duduk jadi lebih banyak. Terlihat penumpang berjejalan di dalam angkutan umum itu. Tapi, para penumpang tetap enjoy.

Juga ada ojek. Di jalan utama kota Monrovia, motor-motor yang mengangkut penumpang ini sangat mudah dilihat. Tak ada motor bebek yang dijadikan ojek. Sebagian besar motor bermerek TVS dan Boxer. Sedikit motor buatan Jepang. Pengendara dan penumpangnya pun tentu tidak mengenakan helm. Pengojek mengendarai motornya dengan kencang, meski banyak motor yang ditumpangi tiga orang.

Pasar di pusat kota juga masih belum tertata dengan baik. Tidak tertata rapi. Bahkan, sebuah kantor kementerian, yaitu kantor Kementerian Transportasi berada di hiruk pikuknya pasar. Pantai di Monrovia juga sangat indah dengan air laut yang tampak sangat bersih. Namun, sepertinya belum dikembangkan lebih baik oleh pemerintah sebagai tempat wisata.

Meski begitu, pembangunan infrastuktur di tengah kota terlihat sedang digalakkan. Istana Presiden juga tengah dibangun megah. Beberapa pusat perbelanjaan juga tengah dibangun. Pada tahun 2013 ini, pemerintah Liberia juga sudah mengagendakan untuk merenovasi dan memoderenkan bandara internasional Robert.

Dalam meningkatkan perekonomiannya, Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, akan melakukan hubungan kerja sama dengan Indonesia. Dalam pertemuan bilateral Kamis (31/1/2013) kemarin, Ellen Johnson menginginkan kerja sama dalam berbagai bidang, termasuk bidang perdagangan dan investasi. Kedua negara juga akan melakukan kerja sama dalam bidang pertanian dan perikanan, serta pemrosesan karet dan produksi furnitur.


(asy/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads