Pidato Politik di HUT ke-40 PDIP, Mega Beberkan Sejarah Waduk Jatiluhur

Pidato Politik di HUT ke-40 PDIP, Mega Beberkan Sejarah Waduk Jatiluhur

- detikNews
Kamis, 10 Jan 2013 12:53 WIB
Foto: Danu Damarjati
Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menggelar peringatan HUT ke-40 PDIP di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jakarta Barat. Dalam pidato politiknya, Mega membeberkan sejarah tentang waduk yang dibangun ayahnya, Presiden Soekarno, itu.

"Peringatan 40 tahun PDI Perjuangan secara sengaja dilaksanakan di Waduk atau Bendungan Jatiluhur. Hal ini bukan saja karena Jatiluhur merupakan bendungan multifungsi pertama dan hingga kini tetap menjadi bendungan terbesar di Tanah Air. Hal yang lebih substansial justru terletak pada sejarah dan imajinasi besar di balik pembangunan bendungan ini, yang bisa menjadi ilham dalam melangkah ke depan," kata Mega mengawali pidatonya di tenda raksasa yang didirikan di tepi Waduk Jatiluhur, Kamis (10/1/2013).

Ide pembangunan bendungan Jatiluhur, menurut Mega, sudah dimulai sejak abad 19, yang ditandai oleh adanya survei awal topografi dan hidrologi pada tahun 1888. Di tahun 1930, seorang insinyur Belanda kelahiran Solo, Dr Ir Blommenstein mulai melakukan kajian yang lebih mendalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah lama terabaikan, ide pembangunan bendungan ini kembali dihidupkan oleh Kepala Jawatan Irigasi di era 1950-an, Ir Agus Prawiranata yang dikonsultasikan dengan Ir Sedyatmo yang menugaskan Ir PC Harjosudirdjo untuk melaksanakan tugas pembangunan waduk ini," beber Mega.

Di luar sejarah panjangnya di atas, bendungan dengan area tangkapan 4.500 km2 ini sejak awal didesain sebagai bendungan multiguna. Ia dimaksudkan sebagai pusat pembangkit tenaga listrik, dengan kapasitas hingga mencapai 187 MW dengan 6 unit turbin. Sebuah syarat mutlak untuk bisa memasuki fase industrialisasi.

"Bendungan yang sama juga dirancang sebagai pengendali banjir, khususnya untuk kawasan Bekasi dan Karawang. Pada saat bersamaan, bendungan ini juga didesain sebagai sumber irigasi persawahan yang mencakup wilayah hingga 242.000 Ha. Hal ini dimaksudkan untuk membawa Indonesia untuk mampu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) secara ekonomi;menjadi bangsa yang dapat berdaulat dalam pangan," kata Mega yang memakai kacamata gelap dan berbaju merah ini.

Sayangnya, Mega melanjutkan, kapasitas irigasi yang begitu besar, kini tereduksi akibat konversi lahan secara masif, bukan oleh petani, melainkan akibat kecerobohan kebijakan. Di era pemerintahan kolonial Belanda sekalipun, mereka tidak memiliki keberanian untuk melakukan alih fungsi lahan di Karawang dan Bekasi. Namun anehnya, pada era 80-an kita justru merombak dan mengalihfungsikan sentra produksi pangan tersebut.

"Jatiluhur juga berfungsi sebagai pusat budidaya perikanan darat. Bendungan Jatiluhur sekaligus dimaksudkan untuk tujuan periwisata. Di luar tujuan-tujuan di atas, bendungan ini juga dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan air baku, terutama untuk Ibukota. Peletakan batu pertama pembangunan bendungan yang nama resminya adalah Bendungan dan Pembangkit Listrik Ir Juanda ini dilakukan oleh Bung Karno pada tahun 1957. Pada tanggal 19 September 1965, beliau kembali melakukan kunjungan ke bendungan ini. Tapi baru pada tahun 1967, Bendungan ini diresmikan penggunaannya," kata Mega.

Bendungan Jatiluhur, lanjut Mega, sekaligus menjadi monumen hidup yang menyimpan banyak dimensi sejarah bangsa. Sebagai bagian dari proses nation-building. "Di sini terekam data Proklamasi: pompa hidraulik saluran Tarum Barat berjumlah 17 buah, pilar pemegang pintu pengatur untuk meneruskan aliran ke daerah Walahar beserta menaranya berjumlah 8 buah, dan angka 45 adalah derajat kemiringan pompa listrik saluran Tarum Timur. Tidak hanya itu, desain turbin dengan tata-letaknya yang unik, menjadikan turbin hasil manufakturing para insinyur Perancis, memiliki ketangguhan sebagai penjaga stabilitas ketersediaan listrik di Jawa Barat dan DKI Jakarta," ungkap Mega.

"Kita merayakan ulang tahun partai yang ke-40 di sini agar kita tidak lupa, bahwa di sini tersimpan begitu banyak imajinasi tentang Indonesia yang lebih baik; Indonesia yang lebih adil dan lebih makmur. Di atas segalanya, di bendungan ini, jejak-jejak tekad untuk mencapai imajinasi di atas masih tersimpan rapih. Tekad untuk berdaulat dalam bidang kelistrikan, tekad untuk berdaulat dalam bidang pangan, tekad untuk menjamin ketersediaan kebutuhan dasar warga negara akan air baku. Tekad untuk menghindarkan warga negara dari bencana banjir, dan secara umum tekad untuk mengembangkan bekerjanya ekonomi kerakyatan. Inilah pesan yang ingin PDI Perjuangan sampaikan pada bangsa ini," tegasnya.

(van/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads