"Dalam survei ini, mereka yang bersikap intoleran dan punya kecenderungan anarkis, mayoritas berasal dari publik yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah," ujar Ardian Sopa dari LSI Community.
Hal itu disampaikan dalam jumpa pers dengan tema 'Meningkatnya Populasi yang Tidak Nyaman dengan Keberagaman' di kantor LSI, Jl Pemuda No 70, Jakarta Timur, Minggu (21/10/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ardian menyebut dalam survei ini mereka yang berpendidikan rendah (SMA ke bawah), sebesar 67,8 persen yang merasa tidak nyaman bertetangga dengan orang berbeda agama. 61,2 persen dengan orang Syiah, 63,1 persen dengan Ahmadiyah dan 65,1 persen dengan orang homoseksual.
"Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi (SMA ke atas), sebesar 32,2 persen merasa tidak nyaman bertetangga dengan orang beda agama, sebesar 38,8 persen dengan orang Syiah, sebesar 36,9 persen dengan orang Ahmadiyah, dan sebesar 34,9 persen dengan orang homoseks," tuturnya.
Sementara itu mereka yang berpenghasilan rendah (di bawah Rp 2 juta), sebesar 57,8 persen yang merasa tidak nyaman bertetangga dengan orang Syiah, 61,2 persen dengan orang Ahmadiyah, 59,1 persen dengan orang homoseks. Sedangkan mereka yang berpenghasilan tinggi (di atas Rp 2 juta), sebesar 42,2 persen yang merasa tidak nyaman bertetangga dengan orang Syiah, 38,8 persen dengan orang Ahmadiyah, dan 40,9 persen dengan orang homoseks.
"Bahwa semakin meningkat sikap intoleransi terhadap keberadaan orang lain yang berbeda identitas sosialnya. Survei ini juga menunjukkan bahwa toleransi publik terhadap penggunaan kekerasan juga meningkat," ungkap Ardian.
(mpr/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini