Pengamatan detikcom, Kamis (18/10/2012), Feri yang mengenakan kaos lengan panjang warna abu-abu dan hitam serta celana pendek warna hitam itu terbaring di ranjang ruang UGD, RSUD Tangerang Selatan, Jalan Pajajaran Raya, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
Kondisinya terlihat lemas dan tangan kanan diinfus. Ia luka di bagian perut bawah bagian kanan. Luka itu seperti ada gumpalan darah dan telah diperban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita melakukan aksi penolakan itu sempat dorong-dorongan dengan aparat. Kita menolak wakapolri karena polisi banyak tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat seperti kasus Bima, Lampung, Mesuji dan kriminalisasi terhadap KPK," papar Feri.
Saat awal bentrok, kata dia, ada pukul-pukulan antara mahasiswa dan polisi. Lalu tidak lama kemudian, polisi keluar dari kampus dan berdiri di depan gerbang kampus.
"Kami mahasiswa yang ada di dalam kampus menutupi diri dengan papan tripleks untuk berlindung. Tiba-tiba, polisi menembak gas air mata dan tembakan peluru karet," ujar mahasiswa Fakultas Hukum semester 7 itu.
"Saya merasa kena di bagian perut. Saya lalu oleh teman-teman dibawa ke sini untuk menjalani perawatan. Awalnya, perih tetapi kok berdarah," lanjut Feri.
Dalam kesempatan itu, Ranti, teman Feri menambahkan pihak dokter belum dapat memberikan kepastian terhadap peluru yang bersarang di tubuh Feri.
Pihak dokter masih menunggu spesialis bedah untuk melihat kondisinya.
"Dokter belum dapat memastikan apakah luka itu akibat peluru tajam atau peluru karet. Sudah dirontgen tetapi belum ada hasilnya," kata Ranti yang bersama belasan temannya menunggui Feri.
(aan/gah)