"Kehadiran pesta demokrasi lima tahunan di daerah ini ternyata juga beriringan dengan kian suburnya praktek korupsi, terutama korupsi politik. Hal ini utamanya dilakukan oleh incumbent," ujar pengamat politik dari Habibie Center, Bawono Kumoro, kepada detikcom, Kamis (26/4/2012).
Bawono mengatakan memang Pemilu Kada seringkali memunculkan ironi. Ironi yang sangat jelas adalah suburnya praktik korupsi tersebut. Banyak kepala daerah baik ketika maupun setelah menjabat yang akhirnya terjerat pidana korupsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para calon kepala daerah ini pun melakukan berbagai cara untuk mengumpulkan finansial tersebut. Mulai dari cara-cara halal hingga cara-cara haram. Cara-cara haram itu seperti melakukan korupsi anggaran. Hal ini utamanya dilakukan oleh incumbent," kata Bawono.
Cara lain kata dia, adalah dengan mengumpulkan dana dari para pengusaha dengan menjanjikan konsesi-konsesi tertentu jika kelak terpilih.
"Janji-janji konsensi itulah yang membuat mereka terdorong untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan anggaran tatkala terpilih sebagai kepala daerah. Mereka melakukan hal itu sebagai bentuk imbal jasa tadi. Sehingga wajar jika sebagian besar tersangka korupsi adalah kepala-kepala atau pejabat-pejabat daerah," tuturnya.
(rmd/rmd)