Erick Ridzky, ketua tim peneliti katastropik purba mengatakan, bangunan tersebut berada di daerah Yogyakarta dan Kediri. Saat itu tim sedang melakukan pengembangan riset Trowulan, kompleks kerajaan Majapahit Jawa Timur.
"Selesai dengan riset di Gunung Putri, Gunung Kaledong, dan Gunung Haruman Jawa Barat, kami melangkah di Trowulan kompleks kerajaan Majapahit Jawa Timur dan menemukan proses penimbunan akibat bencana dalam beberapa periode waktu," ungkap Erick dalam rilis kepada detikcom, Sabtu (5/11/2011). Tim ini diinisiasi oleh staf khusus presiden bidang bencana alam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada tiga jenis lapisan bencana dengan hazard dan materi yang berbeda, yang sekaligus telah membuat pelapisan tiga peradaban yang mengindikasikan pada zaman yang berbeda pula.
Di Kawasan Trowulan dengan areal 9 km x 11 km tersebut, lanjut Erick, pelapisan peradaban teridentifikasi di bagian paling bawah diduga pra sejarah, di bagian tengah sekitar abad 9 dan di paling atas merupakan abad 12.
Dalam riset tersebut, lanjut Erick, pelapisan budaya atau bangunan sebelum Majapahit, ternyata juga telah menjadi kecurigaan dari dinas purbakala.
"Hasil analisa batuan kemudian ditambah dengan hasil citra GPR, pendekatan struktur geologi dari foto udara terdapat jajaran Parit yang kami dalami dan jasilnya mencengangkan," ujarnya.
Di parit tersebut secara konsisten, baik dari analisa GPR dan hasil coring ditemukan lapisan bata yang pertama di kedalaman 0.8 mtr, dan kedua di kedalaman 2.5 meter. Setelah kedalaman 2.5 meter selalu ditemukan lapisan kerakal berangkal yang tidak bias ditembus oleh auger.
Nah, Erick juga menyampaikan tentang dugaan bangunan yang diduga 'man made' yang berada di Yogyakarta dan Kediri. Bangunan tersebut menurutnya menyerupai piramida atau candi yang diduga dibangun era pra sejarah.
"Bukit Klothok di Kediri, gundukan Candi Ijo berbah Sleman, kami menduga kuat merupakan bangunan prasejarah yang seni bangunannya menyerupai candi atau piramid," tegasnya.
Menurut Erick, khusus dua lokasi tersebut akan segera disampakan ke publik fakta arkeologis dan geologisnya.
"Butuh waktu memang, karena secara metodologis, pendekatan trencing, coral, uji radar, geolistrik dan sebagainya dilakukan secara ketat guna pencapaian data yang optimal," ungkapnya.
(mad/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini