Hal itu merupakan salah satu kesimpulan dari hasil penelitian beberapa peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan kampus lain dengan judul "Children Health and Migrant Parents in Southeast Asia (CHAMPSEA)" atau dampak migrasi internasional terhadap keluarga dan anak migran.
"Secara ekonomi, migrasi internasional berdampak positif terhadap keluarga migran, namun juga berdampak negatif khususnya terhadap kesehatan psikologis anak," ungkap tim peneliti Drs Sukamdi MSc serta Dr Anna Marie Wattie MA dalam acara diseminasi hasil penelitian CHAMPSEA di kantor Magister Studi Kebijakan (MSK) UGM, Yogyakarta, Kamis (27/10/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, terdapat perbedaan antara anak-anak di rumah tangga migran dengan nonmigran. Anak-anak pada rumah tangga migran teridentifikasi lebih banyak memiliki gejala problem sosial, lebih sering menimbulkan masalah, dan hiperaktif.
Pada keluarga migran kata dia, anak-anak banyak mengalami masalah hilangnya peran salah satu orangtuanya, ibu atau ayah, atau bahkan kedua-duanya. Anak-anak pada keluarga migran lebih banyak bermasalah dengan teman sebaya dibandingkan dengan anak-anak pada keluarga nonmigran.
"Ini perlu upaya untuk mengatasi masalah secara komprehensif," katanya.
Dia mengatakan secara psikologis, anak-anak pada rumah tangga nonmigran menyatakan lebih bahagia jika dibandingkan dengan anak-anak pada keluarga migran. Anak-anak pada rumah tangga migran cenderung lebih pasif dalam hal mengatasi masalah-masalah yang muncul, baik dalam keluarga (saudara kandung) maupun pekerjaan sekolah.
Anak-anak keluarga migran kata Sukamdi, juga menunjukkan kecenderungan untuk lebih menahan diri dan tertutup ketika mengekspresikan perasaan maupun saat mencari dukungan ataupun bantuan. Ini berbeda jika dibandingkan dengan anak-anak pada rumah tangga nonmigran.
"Migrasi internasional memberikan dampak langsung pada perkembangan anak-anak dan lingkungan sosial yang ditinggalkan. Meski tidak terlihat langsung, secara konstan dampak ini tetap memberikan pengaruh yang berbeda, terutama dampaknya pada perkembangan psikologi anak," ungkap Sukamdi.
Sementara itu Anna Marie Wattie menambahkan untuk mengatasi masalah tersebut perlu diambil langkah antara lain mengoptimalisasi pemanfaatan remitan, bukan hanya untuk kepentingan ekonomi rumah tangga tetapi juga memberikan porsi yang lebih besar bagi pendidikan anak.
"Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberdayakan keluarga migran dengan pelatihan manajemen keuangan keluarga. Caranya pendampingan lewat jalur sekolah maupun jalur sekolah," kata Anna.
(bgs/fay)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini