Menurut pejabat-pejabat keamanan Mesir seperti dilansir The Times of India, Rabu (26/1/2011), jumlah orang yang ditahan kemungkinan akan bertambah sebab otoritas sedang meneliti rekaman-rekaman video aksi-aksi protes di seluruh Mesir.
Dalam bentrokan yang terjadi pada Selasa, 25 Januari, tiga orang tewas. Ketiganya adalah dua demonstran dan satu polisi. Sekitar 250 orang juga terluka dalam insiden itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi yang terjadi di Mesir tak luput dari perhatian Amerika Serikat. Pemerintah AS meminta pemerintah Mesir untuk responsif terhadap aspirasi rakyat Mesir.
Dalam statemennya, Gedung Putih menyatakan Mesir harus mengejar reformasi politik, ekonomi dan sosial yang bisa memperbaiki kehidupan mereka dan membantu kemakmuran Mesir.
"AS berkomitmen untuk bekerja sama dengan Mesir dan rakyat Mesir guna mencapai tujuan-tujuan tersebut," demikian statemen Gedung Putih.
Sebelum aksi demo tersebut, Mubarak yang berkuasa sejak 1981, telah mengingatkan para aktivis Mesir untuk tidak meniru aksi protes gaya Tunisia yang sukses menumbangkan Presiden Zine Al Abdidin Bin Ali.
"Keamanan negara adalah prioritas utama karena dengan itu nasib sebuah negara dan rakyat dipertaruhkan," tegas Presiden Mubarak seperti dikutip kantor berita Mesir, MENA.
Mubarak pun telah menginstruksikan Menteri Dalam Negeri, Habib Al Adly yang membawahi kepolisian dan Lembaga Keamanan Nasional untuk mengambil tindakan tegas terhadap para pengunjuk rasa yang anarkis.
(ita/nrl)