Aksi penyanderaan itu dilakukan Mendoza karena kecewa akan pemecatan dirinya dari kepolisian. Mantan inspektur kepolisian itu memegang gelar kesarjanaan dalam krimonologi dari Philippine College of Criminology. Mendoza masuk ke kepolisian pada tahun 1981.
Menurut surat kabar Filipina, Philippine Daily Inquirer, seperti dilansir Straits Times, Selasa (24/8/2010), karir Mendoza menanjak cepat dan meraih beberapa penghargaan, termasuk penghargaan 10 polisi terbaik atau 10 Outstanding Policemen of the Philippines pada tahun 1986.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut koki hotel tersebut, kelima polisi termasuk Mendoza telah menuduh dirinya menggunakan narkoba. Tuduhan yang keliru itu menurut sang koki, sengaja dibuat kelima polisi tersebut demi mendapatkan uang dari juru masak tersebut.
Mendoza, yang seharusnya pensiun tahun depan, kehilangan haknya akan tunjangan pensiun akibat kasus tersebut. Padahal Mendoza telah berulang kali membantah dakwaan yang dijatuhkan padanya.
Menurut adik laki-laki Mendoza, Gregorio yang juga seorang polisi, Mendoza merasa telah diperlakukan tidak adil.
"Dia kecewa karena dia telah bekerja dengan baik di kepolisian tapi diberhentikan karena kejahatan yang tidak dilakukannya," kata Gregoria kepada wartawan di Manila.
"Masalahnya dia dikeluarkan secara tak adil dari kepolisian. Tak ada proses, tak ada persidangan, tak ada komplain," imbuh Gregorio.
Mendoza yang bersenjatakan senapan M-16 menyandera sebuah bus wisata yang dipenuhi turis-turis Hong Kong pada Senin, 23 Agustus kemarin. Dalam aksinya, Mendoza menuntut dipekerjakan lagi di kepolisian. Namun negosiasi dengan aparat polisi Filipina gagal dalam penyanderaan yang berlangsung sekitar 12 jam itu. Mendoza pun tewas diterjang peluru polisi.
(ita/fay)