Surat kabar Inggris, Guardian memberitakan hal itu berdasarkan dokumen-dokumen yang ditemukan seorang akademisi AS dalam riset untuk buku mengenai hubungan Israel dengan pemerintahan minoritas kulit putih Afrika Selatan waktu itu. Dokumen tersebut memberikan bukti dokumenter pertama bahwa Israel memiliki senjata nuklir.
Selama ini Israel diyakini telah memproduksi lebih dari 200 hulu ledak nuklir di reaktor nuklirnya di Dimona. Namun negara Yahudi itu bersikeras menolak untuk mengakui ataupun membantah kepemilikan senjata nuklirnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dituliskan Guardian, dokumen tersebut dibeberkan oleh pemerintahan pasca-apartheid Afrika Selatan atas permintaan seorang akademisi AS, Sasha Polakow-Suransky.
Menurut dokumen-dokumen rahasia tersebut, Menteri Pertahanan Afrika Selatan waktu itu, P.W. Botha, meminta hulu ledak nuklir dan rekan sejawatnya di Israel, Shimon Peres, yang sekarang menjadi Presiden Israel, menawarkan hulu ledak nuklir tersebut dalam 'tiga ukuran'.
Ketika ditanyai mengenai berita tersebut, juru bicara untuk Presiden Peres, Ayelet Frisch, membantah hal tersebut. "Tak ada kebenaran untuk berita Guardian," ujarnya seperti dilansir Reuters, Senin (24/5/2010).
"Kami menyesalkan karena surat kabar itu tidak meminta komentar dari kantor presiden. Kalau saja hal itu dilakukan, akan ditemukan bahwa berita itu keliru dan tidak berdasar," pungkasnya.
Dalam pemberitaannya, Guardian menuliskan, perjanjian nuklir Israel-Afrika Selatan itu tidak jadi terlaksana sebagian karena biaya.
(ita/nrl)