"Ah ini mah gimik-gimik palsu aja. Dan dia bukan datang ke Kamisan, orang korbannya yang diundang ke dalam (Istana)," ujar Haris saat dihubungi detikcom, Kamis (31/5/2018).
Haris menilai pertemuan Jokowi dengan peserta Kamisan tidak menunjukkan keseriusan untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Haris pun menyebut popularitas Jokowi yang cukup turun dalam beberapa waktu terakhir. Di antaranya soal gaji fantastis Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan anggotanya.
"Iya kan kita lihat saja kalau dari sisi pemberitaan, kan beberapa waktu terakhir kan dia kurang populis kan, diserang soal gaji BPIP, diserang soal koruptor boleh nyaleg, iya kan, lalu dia tidak menjadi sentral pemberitaan pada 20 tahun reformasi. Nah terus tiba-tiba dia mau ngomong hak asasi, ketemu korban, bohonglah," ucap Haris.
"Kalau dia mau benar ya mestinya 20 tahun reformasi dia buat pernyataan sikap dong, apa masalah reformasi 20 tahun itu, apa pentingnya agenda HAM, lalu dia kasih penegakan soal bagaimana penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang sudah dijanjikan di Nawacita. Nah ini tidak ada, seolah-olah korban yang minta ketemu dia. Korban sudah teruji, sudah 20 tahun lebih berdiri depan Istana, dia aja yang ke mana," imbuhnya.
Haris pun mengaku tidak mendengar kabar baik seusai pertemuan tersebut. Dia hanya mendengar Jokowi akan mempelajari kasus pelanggaran HAM yang diadukan peserta aksi Kamisan.
"Nggak ada saya dengar kabar, cuma dia mau mempelajari doang. Itu kan juga aneh, sudah 4 tahun jadi presiden masih mau mempelajari. Itu kan kewajiban konstitusional, itu janji pemilu-nya dia, mestinya dia sudah jelas dan tegas mau ngapain," tuturnya.
Tonton juga video : 'Ditemui Jokowi, Ini 2 Tuntutan Massa Aksi Kamisan'
(nvl/van)