Menjadi guru honorer, Maman dibayar sesuai banyaknya jam pelajaran. Sebulan dia bisa mendapatkan Rp 1,5 juta. Bagi dia, uang ini cukup tidak cukup harus cukup. Toh selama ini Maman bisa hidup dengan lima anaknya di Bekasi. Lima anaknya sudah bekerja semua, dan Maman mengisi hari tua bersama istrinya.
"Waktu ada pengangkatan PNS umur saya sudah 40 tahun, saya lahir tahun 1950. Usia saya tidak memenuhi syarat," jelas Maman yang ditemui di SMPN 17 Bekasi Pondokgede setelah jam pelajaran selesai, Selasa (2/8/2016)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya usia saya kan sudah 42. Jadi saya pasrah saja, jalani hidup," tegas dia.
Maman sudah mengubur dalam-dalam keinginan menjadi PNS. Toh saat itu tahun 80-an gaji PNS tak jauh berbeda dengan honorer. PNS mendapat Rp 15 ribu dan honorer mendapat Rp 10 ribu.
![]() |
"Saya bersukur saja, walau sampai sekarang rumah masih ngontrak, kendaraan motor saya ada. Yang penting anak-anak saya semua sudah bekerja dan berumah tangga," ujarnya.
Maman masih semangat mengajar. Selama dua jam tak putus dia memberi arahan ke siswa kelas IX dalam mata pelajaran seni budaya. Sesekali dia duduk di bangkunya sambil memperhatikan para siswa yang dia beri tugas menggambar. Detikcom diajak Maman melihat dia mengajar.
"Saya pernah mengajar Fisika, juga Matematika dulu tahun 90-an. Saya paling suka Fisika, bikin saya nggak pikun," jelas Maman saat berbincang lepas mengajar.
Tahun 1976 Maman pertama kali mengajar di SMP di Bandung. Dia menjadi guru seni musik. Dahulu dia berjualan angklung, dan kemudian ditawari mengajar seorang guru. Tapi 3-4 tahun kemudian dia pindah ke Bekasi mengikuti istrinya, dan sampai sekarang tinggal di Bekasi.
Sampai kapan Pak Maman mau mengajar? "Saya ingin mengajar sampai saya tidak kuat. Saya senang membangi ilmu," tutup dia. (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini