Kedelapan ramalan tersebut adalah Murcaning Noyogenggong Sabdopalon, Semut Ireng Anak-anak Sapi, Kebo Nyabrang Kali, Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol, Pitik Tarung Sak Kandang, Kodok Ijo Ongkang-ongkang, Tikus Pithi Anoto Baris dan Reinkarnasi Noyogenggong Sabdo Palon.
Sejarawan sekaligus pemerhati budaya dari Universitas Sebelas Maret Surakarta Heri Priyatmoko mengatakan, munculnya kepercayaan akan ramalan Joyoboyo berasal dari kebiasaan masyarakat Jawa yang sering menghubungkan sesuatu peristiwa dengan ucapan para pujangga pendahulu alias otak-atik gathuk. "Kadang orang Jawa itu berangkat dari kebiasaan otak-atik gathuk, tetapi sesuai dengan realitas sosial saat itu," kata Heri saat berbincang dengan detikcom, Selasa (29/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istilah 'Pithik jago tarung sak kandang', kata Heri, kemudian sering dihubungkan dengan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G 30 S).
Berikut ini makna delapan ramalan Joyoboyo yang populer:
Murcaning Noyogenggong Sabdopalon
Foto: ilustrasi Noyogenggong (Edi Wahyono/detikcom)
|
Noyogenggong, kata Heri, adalah simbol penasihat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punokawan. "Noyogenggong itu semacam Semar dalam Mahabharata versi Jawa. Semar bersama Punokawan itu berperan menasihati, mengkritis atau menyentil juragannya ketika juragannya melakukan kesalahan," kata Heri saat berbicang dengan detikcom, Selasa (29/12/2015).
Dalam versi modern, Noyogenggong ini bisa diibaratkan dengan para menteri anggota kabinet pembantu Presiden.
Semut Ireng Anak-anak Sapi
Ilustrasi: Fuad H/detikcom
|
Pada tahun 1293 hingga sekitar tahun 1500-an terjadi persaingan teknologi maritim antara Majapahit dengan negara-negara di benua Eropa. Saat itu bangsa-bangsa Eropa melakukan modernisasi kapal-kapal laut mereka antara lain dengan bantuan Marcopolo dan Christophorus Columbus, dua penjelajah samudera asal Italia.
Majapahit juga tak mau kalah. Di bawah mahapatih Gadjah Mada, Majapahit memiliki angkatan laut tanggung yang dipimpin Empu Nala. Majapahit dan dan sejumlah negara di benua Eropa seperti berlomba membangun kekuatan maritim.
Namun perpecahan yang terjadi pasca lengsernya Raja Hayam Wuruk membuat bangsa-bangsa Eropa bisa dengan mudah masuk dan menguasai Nusantara. Majapahit tak mampu menghadapi bangsa kulit putih yang datang menjajah.
Kebo Nyabrang Kali
Foto: ilustrasi (Fuad H/detikcom)
|
Tahun 1933 Adolf Hitler yang memimpin Nazi menggerakkan Jerman untuk membangun kekuatan militer besar-besaran. Lima tahun kemudian kekuatan Nazi memang menjadi yang terkuat di Eropa. Jerman pun berhasil menaklukkan Prancis, Belanda dan Belgia. Tak kuat berada dalam bayang-bayang pasukan Hitler, pemerintahan kerajaan Belanda pun mengungsi ke Inggris, menyeberangi Selat Channel.
Di versi lain, 'Kebo Nyabrang Kali' diartikan sebagai dibawanya kekayaan Nusantara oleh bangsa asing ke luar negeri.
Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol
Foto: Fuad H/detikcom
|
Ramalan ini diartikan bahwa bangsa Jepang hanya akan menjajah Indonesia seumur jagung, tak akan lama. Seperti diketahui, pasukan Jepang mendarat di Indonesia pada 8 Maret 1942. Tentara dari Negeri Sakura itu terusir dari Indonesia 3,5 tahun kemudian tepatnya pada Agustus 1945.
Namun ramalan Joyoboyo soal ini diragukan keasliannya. Joyoboyo hidup di tahun 1130 sampai 1157, sementara tanaman jagung baru dikenal pada sekitar tahun 1400-an.
Pitik Tarung Sak Kandang
Foto: ilustrasi (Edi Wahyono/detikcom)
|
Setelah peristiwa pembunuhan atas tujuh jenderal itu, berturut kemudian terjadi 'pembantaian' terhadap masyarakat yang diduga terlibat dalam organisasi terlarang. Mereka dibunuh dan dihukum tanpa vonis pengadilan.
Menurut Heri Priyatmoko, ramalan itu sebenarnya adalah isyarat dari para pujangga waktu itu agar masyarakat mewaspadai akan adanya ancaman disintegrasi atau perpecahan bangsa. Peristiwa disintegrasi hingga saat ini masih kerap terjadi. Meski dalam skala kecil. "Sekarang ini misalnya masih sering terjadi perkelahian antar organisasi masyarakat," kata Heri.
Disintegrasi inilah yang sering dikait-kaitkan dengan ramalan Joyoboyo, 'Pitik Tarung Sak Kandang'.
Kodok Ijo Ongkang-ongkang
Foto: Fuad H/detikcom
|
Ada juga yang mengartikan ramalan itu dengan kejayaan Islam. Seperti diketahui sejumlah negara Islam di jazirah Arab menggunakan bendera berwarna hijau.
Tikus Pithi Anoto Baris
Foto: ilustrasi (Fuad H/detikcom)
|
Akibatnya rakyat kecil ini kemudian bersatu mencari jalan untuk menentukan hidupnya sendiri. "Tikus pithi itu ibarat rakyat kecil yang selalu mempunyai harapan untuk meraih mimpi namun terhalang oleh perilaku korup dari elite politik. Maka kemudian mereka bersatu mencari jalannya sendiri untuk menggapai mimpi," kata Heri.
Reinkarnasi Noyo Genggong Sabdo Palon
Foto: ilustrasi (Edi Wahyono/detikcom)
|
Noyogenggong, adalah simbol penasihat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punokawan. Sebelum pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 banyak yang mengharapkan bahwa Joko Widodo adalah Ratu Adil seperti yang diramalkan oleh Joyoboyo.
Namun kemudian setelah setahun lebih kepemimpinannya tak menunjukkan bahwa Jokowi adalah Ratu Adil, masyarakat kemudian berharap bahwa Noyogenggong dan Sabdo Palon muncul sebagai penasihat raja.
Noyogenggong adalah simbol penasihat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punakawan. "Noyogenggong dan Sabdo Palon berperan menasihati, mengkritisi dan menyentil juragannnya ketika melenceng. Ketika Ratu Adil mleto dan melenceng, muncullah Noyogenggong dan Sabdo Palon," kata sejarawan dan pengamat budaya dari Universitas Sebelas Maret, Heri Priyatmoko.