Bakal calon wakil presiden untuk Joko Widodo (Jokowi) mengerucut pada dua nama, yakni Jusuf Kalla dan Mahfud Mahfuddin. Namun awal pekan ini santer beredar kabar nama Mahfud Md dicoret dari daftar cawapres untuk Jokowi.
Senin malam lalu, Jokowi juga menyebut bahwa calon pengendara mobil dinas berplat RI 2 berasal dari luar jawa ahli ekonomi dan paham dunia hukum. Pernyataan mantan Wali Kota Surakarta itu jelas tak menunjuk Mahfud Md yang berasal dari Madura, Jawa Timur sebagai calon wakilnya.
Juru Bicara PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari pun mengaku tak merekomendasikan nama Mahfud Md untuk cawapres Jokowi. Alasannya saat menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud lah yang mengabulkan agar pemilihan umum menggunakan sistem terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat sistem tersebut, menurut Eva, proses pemilihan anggota legislatif pada 9 April lalu penuh dengan kecurangan. Dia mengaku menjadi korban dari pemilu dengan sistem terbuka. Politisi yang masih tercatat sebagai anggota Komisi III DPR RI itu tahun ini gagal duduk kembali ke Senayan.
Kegagalan tersebut membuat Eva sakit hati. Ia merasa dipecundangi oleh keputusan tersebut dan internal partainya. Saking jengkelnya, saat membahas money politics di Pemilu 2014 ini di sebuah stasiun televisi dia menyapa Mahfud Md melalui akun twitter. "Aku twit ke Pak Mahfud 'semoga bapak menonton ILC malam ini' karena itu hasil keputusan dia kan," kata Eva.
Kekesalan Eva rupanya tak hanya berakhir di Twitter. Saat Mahfud digadang-gang menjadi cawapres Jokowi, Eva yang paling lantang menolak usulan tersebut.
"Sekarang pas dia (Mahfud) ke Jokowi, aku nggak merekomendasikan. Dendam aku," kata Eva disambut tawa peserta diskusi termasuk rekannya Tantowi Yahya yang turut hadir sebagai pembicara.
Apakah rekomendasi Eva mempengaruhi Megawati dan Jokowi saat memilih calon wakil presiden?
(erd/trq)