Dokter hanya bisa membuat pasien survive atau bertahan hidup. Karena pasien tak mampu memompa air kencingnya sendiri, ditunjang dengan organ testisnya yang terganggu. Hal itu diungkapkan oleh ahli urologi RSU dr Soetomo Surabaya, Prof Dr dr Sunarjo Hardjowidjoto SpB SpU bahwa tim dokter tak mampu membuatkan testis.
"Perawatannya konservatif dan tidak bisa dilakukan operasi pembuatan testis. Pasalnya pasien mengalami kelainan sejak lahir dan ada kelainan kromosom pada gennya," kata Prof Sunarjo saat berbincang-bincang dengan detiksurabaya.com, Kamis (21/8/2008).
Dia menambahkan, kasus pasien asal Pekanbaru Riau itu memang jarang terjadi. Bahkan selama berpraktek di RSU dr Soetomo, angka kejadian anak-anak yang mengalami kelainan ini didapat pada 6 tahun lalu.
"Diprediksi, anak-anak yang mengalami kelainan ini tidak bisa berumur panjang dan melanda pada pasien laki-laki saja," tambahnya.
Prof Sunarjo pun menceritakan saat dirinya bekerja di Belanda beberapa tahun lalu. Selama 2 tahun di Belanda pun dirinya hanya mendapat 2 hingga 3 pasien yang mengalami kelainan tanpa memiliki testis berusia 5 tahun. Setelah itu pasien tak lagi berobat karena meninggal dunia.
Sebelumnya, anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Tika Maya Sari (28) dan Safrudin (40) terdeteksi tak mampu kencing secara normal. Bocah yang lahir Oktober 2004 lalu di RS Islam Ibnu Sina, Pekanbaru itu kencing melalui tali pusarnya.
Karena mengalami kelainan sejak lahir dan tak bisa kencing secara normal, Almer pun terpaksa memakai cateter untuk menampung air kencing yang dipakai sehari-hari. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini