Stasiun yang bersiaran dari Malang ini, memiliki segmen penonton yang berbeda, mulai televisi yang mempunyai misi agama tertentu seperti umat Buddha mendirikan Dhamma TV, umat muslim mendirikan CRTV.
Selain itu, Pemerintah Daerah juga mulai melirik kotak ajaib ini seperti yang dilakukan Pemkot Batu dengan mendirikan Agropolitan televisi (ATV).
Maraknya televisi lokal di Malang, memberikan banyak pilihan warga Malang untuk menikmati program siaran yang diminati. Kehadiran televisi lokal ini juga ditunggu warga Malang untuk menyaksikan kegiatan yang dilakksanakan di darahnya langsung di televisi.
"Saya sering nonton televisi lokal untuk melihat kegiatan seputar agustus ini dan juga kesenian campursari," kata Muhammad Hasan, warga Kedungkandang Malang, Rabu (20/8/2008).
Sayangnya, kehadiran televisi lokal ini tidak dibarengi dengan program acara yang berkualitas. Sebagian besar tidak memiliki program acara yang tertata dan hanya menyiarkan kegiatan yang diadakan masyarakat setempat mulai khitanan sampai kegiatan
parta politik.
"Kita harus bayar sekitar Rp 1 juta untuk bisa tampil dalam waktu 1 jam di televisi lokal," jelas Muhammad Hasan yang sebulan lalu tampil bersama grup campursari yang dipimpinnya.
Direktur Malang TV, Sapto Pratolo mengaku telah mengajukan izin penggunaan frekuensi sejak tahun 2003 lalu, namun hingga proses perizinan yang dilayangkan ke KPID Jatim tidak juga selesai.
"Tiga bulan lalu KPID Jawa Timur telah melakukan verifikasi fatual, mereka datang langsung melihat aktifitas siaran Malang TV," terang Sapto di kantornya Kelurahan Genting Malang. (gik/gik)