Tak kurang dari 20 peserta ikut meramaikan kegiatan yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB itu. Selain dari Wonorejo, para peserta karapan sapi juga berasal dari berbagai kota/kabupatan di sekitar Pasuruan seperti, Probolinggo dan sekitarnya.
Ketua panitia Ainur Rofiq kepada detiksurabaya.com menyatakan, kegiatan itu sudah menjadi agenda rutin tiap tahun. "Tiap tanggal 18 Agustus selalu kita gelar," ungkap lelaki yang menjabat sebagai kepala Desa Wonorejo ini.
Menurutnya, dibanding tahun lalu, kegiatan yang berlangsung di Jalan Raya Wonorejo hanya diikuti 16 peserta, kali ini, tak kurang dari 20 peserta yang ikut kegiatan tersebut.
"Penonton yang hadir juga lebih banyak," ungkap Ainur.
Ainur menambahkan, selain untuk memperingati hari kemerdakaan, kegiatan itu juga dimaksudkan untuk melestarikan tradisi nenek moyangnya. Sebab, karapan sapi merupakan bagian dari tradisi masyarakat Wonorejo dan sekitarnya.
Karapan sapi yang digelat do Wonorejo ini berbeda dengan yang di Madura. Pasalnya, sapi-sapi yang ditampilkan tidak boleh berumur dari dua tahun. Demikian dengan usia jokinya, tidak lebih dari 12 tahun.
“Rata-rata mereka masih sekolah SD," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Rofiq juga berharap agar kegiatan tersebut juga menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung Kabupatan Pasuruan. Dengan demikian, hal itu juga akan berdampak pada masyarakat sekitarnya. (bdh/bdh)