Pantauan detiksurabaya.com, para petani tembakau yang biasanya memanfaatkan air sumur, sungai dan dam air di desa setempat kini sudah terlihat kering dan pertumbuhan tembakau tidak normal.
Tembakau mereka yang baru berumur satu bulan, seharusnya masih harus disiram setiap hari untuk menghasilkan tembakau yang berkualitas dan sempurnah dalam pertumbuhannya. Namun, kini sudah tidak disiram karena sulitnya air.
Salah seorang petani tembakau, H Busairi mengatakan, musim kemarau tahun ini tergolong awal, sehingga mematikan sumber air. Apalagi, sejak awal musim tanam tembakau tidak ada hujan.
Meski ia mengakui kualitas tembakau sangat tergantung pada cuaca, tapi hujan diawal tanam tidak berpengaruh pada kualitas tembakau.
"Kalau petani tembakau tetap mengharapkan hujan diawal tanam, tapi kalau sudah berumur dua bulan, semoga tidak ada hujan," kata Busairi pada detiksurabaya.com, di rumahnya, Desa Tengedan, Batuputih, Sumenep, Minggu (6/7/2008).
Ia menjelaskan, tembakau yang kekurangan air pertumbuhannya tidak sempurnah dan berpengaruh pada kualitas warna, berat, dan aroma serta menghilangkan khas tembakau Madura.
Bila hal itu terjadi, kata dia, maka petani daun emas ini akan mengalami kerugian besar. "Menjadi petani tembakau memang susah, kalau hampir panen ada hujan pasti rusak, kalau awal tanam juga tidak ada air, pertumbuhannya tidak akan normal,"
ujarnya.
Untuk itu, ia berharap ada solusi dari pemerintah daerah agar kendala air yang selalu menimpa sebagian warga Sumenep, baik yang berkaitan dengan tembakau maupun dengan kebutuhan sehari-hari (pengadaan air bersih) tidak setiap tahun menghantui
masyarakat. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini