Pengayuh becak yang setiap hari melayani rute perjalanan wisatawan ini tak rela jika nantinya rumah yang pernah ditempati Presiden Soekarno atau lebih dikenal Ndalem Gebang harus dijual, apalagi jatuh ke tangan investor asing.
Ketua PBWMBK, Maryono (52) mengatakan jika memang nantinya Ndalem Gebang tersebut dijual, teman-teman pengayuh becak menginginkan agar pemerintah lah yang membelinya sehingga keberadaanya tetap terjaga.
Selain takut kehilangan nilai sejarah, akibat penjualan Ndalem Gebang otomatis juga akan berdampak bagi 165 anggota PBMBK sebanyak 165 yang selama ini menggantungkan hidup dari obyek wisata Bung Karno ini.
Selama ini keberadaan Ndalem Gebang merupakan paket wisata dengan Makam Bung Karno dan Perpustakaan yang ada di Bendogerit, sekitar 2 Km dari Ndalem Gebang yang berada di Jalan Sultan Agung 59.
Dari areal parkir, setiap wisatawan yang ingin mengunjungi Ndalem Gebang, Makam Bung Karno dan perpustakaan pasti akan menggunakan jasanya dengan tarif Rp 18.000 pulang pergi.
"Tarif tersebut satu paket mas, jika hanya ke Ndalem Gebang maka cukup membayar Rp 10.000 saja," terang Maryono, warga Kelurahan Sentul Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar kepada detiksurabaya.com, Rabu (23/4/2008).
Nah, apabila Ndalem Gebang dibeli swasta dan berubah fungsinya, maka dia bersama anggota dan masyarakat lainnya akan menggalang kekuatan untuk menolak penjualan aset sejarah tersebut.
"Kita akan meminta pada pemerintah untuk segera menyelesaikan permasalahan ini. Sebab, kalau Ndalem Gebang jatuh ke tangan investor dan melakukan pemugaran maka akan pihaknya akan banyak yang kehilangan penghasilan," tandas dia. (gik/gik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini