Pengusaha merasa warga tidak minat terhadap penjualan kerupuk, karena ada pengurangan dalam kemasan dan terkesan mahal.
Salah satu pengusaha kerupuk, H Nurfariz (47) warga Jalan Jamaluddin Sampang yang ditemui di tempat kerjanya mengatakan, kenaikan harga bahan baku sangat berpengaruh terhadap biaya produksi dan kemasan kerupuk.
"Dengan harga tepung tapioka tembus hingga Rp 7 ribu perkilo, padahal sebelumnya Rp 4.500 ribu. Untungnya tidak besar dan kita kesulitan untuk mempertahankan kemasan kerupuk," jelasnya, Senin (4/2/2008).
Bahkan, kata dia, minyak goreng (migor) curah yang saat ini mencapai Rp 9.500 perkilo mencekik pengusaha kerupuk. Apalagi disusul dengan sulitnya mendapatkan minyak tanah (mitan).
"Dengan kenaikan ini, pengurangan isi kemasan kerupuk itu dilakukan sejak satu bulan terakhir," tegasnya.
Dia menjelaskan, akibat kenaikan harga bahan baku kerupuk, produksi juga menurun. Semula mampu memproduksi sampai 10 kwintal setiap bulannya, saat ini hanya memproduksi Rp 5 kwintal. Itupun, kesulitan dalam memasarkan karena banyak pesaing.
Selama 10 tahun memiliki usaha, kondisi paling terpuruk yakni akhir tahun 2007 hingga awal 2008 ini.
Kepala Disperindagtam Kabupaten Sampang, Ir Winarno yang ditemui di kantornya Jalan Raya Sampang-Pamekasan, mengatakan, tingginya harga migor dan tepung karena harga gandum saat ini sangat mahal.
"Kondisi harga-harga itu dalam pantauan dan kami laporkan ke Pemprov," katanya.
Menurut dia, jika kenaikan harga itu akibat bahan baku didatangkan dari luar negeri, maka pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak melainkan hanya menunggu kebijakan dari pemerintah pusat.
"Kami juga berharap, sejumlah harga kebutuhan pokok segera kembali normal," harapnya. (fat/fat)