Mengantisipasi biaya produksi naik dan memperkecil ukuran tempe, pengusaha beralih membuat tempe kapuk.
"Tempe kapuk itu ukurannya besar, tapi jarang kedelainya dan lebih banyak jamurnya di bagian tengah. Tempe jenis kapuk ini mulai disukai pembeli," kata Sulianah, pembuat tempe di Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajuritkulon, Kota Mojokerto, kepada detiksurabaya.com, Kamis (17/1/2008).
Kondisi ini menyebabkan para pengusaha tempe di Paguyuban Produsen Tempe Sejahtera, mulai beralih membuat tempe kapuk.
Menurut catatan Paguyuban Produsen Tempe Sejahtera, di Mojokerto terdapat 210 home industri yang memproduksi tempe. Dari jumlah itu, 120 home industri di antaranya, tergabung dalam Paguyuban Produsen Tempe Sejahtera.
"Harga kedelai impor yang semakin tinggi, tidak lagi bisa dijangkau oleh para pengusaha kecil. Sementara harga jual tempe sama sekali tidak naik," kata Sunaryo, pengurus Paguyuban Produsen Tempe Sejahtera.
Di Kelurahan Meri, Kecamatan Magersari, usaha pembuatan tempe memilih menutup sementara, daripada terus merugi. Hal yang sama juga dialami para pembuat tempe di Kabupaten Mojokerto, seperti pembuat tempe di Kecamatan Sooko.
Saat ini harga kedelai impor mencapai Rp 8.200 perkilo. Padahal sebelumnya hanya Rp 3.500 saja. Kenaikan juga terjadi pada harga obat peragian. Dari Rp 1.250 menjadi Rp 1.500 per bungkus. Sedang harga kayu bakar dan biaya angkut juga naik. (fat/fat)